JAKARTA, Berita HUKUM - Ribuan peserta aksi dari beberapa organisasi Islam mulai menyemut di lapangan Monas sejak pukul 09.00 WIB. Ketum Gerindra Prabowo Subianto juga ikut Aksi Bela Rohingya 169 di Bundaran Patung Kuda, Jakarta Pusat. Dia langsung naik ke panggung massa aksi.
Seruan serta Takbir terus didedungkan dan juga dilantunkan ayat-ayat suci Alquran, seta dikibarkan Bendera Merah Putih.
Peserta juga membawa kardus dan kantong guna menggalang dana untuk umat Muslim di Rohingnya.
Prabowo naik panggung massa aksi sekitar pukul 11.00 WIB, Sabtu (16/9). Prabowo disambut oleh Presiden PKS Sohibul Iman yang didampingi oleh kadernya yang juga Wakil Wali Kota Bekasi dan bakal cawagub di Pilgub Jabar, Ahmad Syaikhu.
Prabowo langsung duduk di panggung dan mendengarkan orasi-orasi. Dia juga sempat mendapat sabutan dari massa aksi.
"Kita kedatangan mantan Jenderal Kopassus, Pak Prabowo. Takbir!" kata salah seorang orator.
Massa aksi pun langsung meneriakkan takbir. Tak lama kemudian politikus PAN Amien Rais tiba saat Prabowo berorasi.
Sementara, Ketua Majelis Kehormatan PAN Amien Rais ikut berorasi di Aksi Bela Rohingya 169. Amien menyebut istilah PKI dan cebong saat bicara soal Rohingya.
Menurut Amien, Indonesia mempunyai kewajiban untuk membantu Rohingya. Pemerintah harus aktif berperan mendorong Myanmar agar kekerasan tidak lagi terjadi.
"Jadi rezim Jokowi ini punya tugas konstitusional yang harus dilaksanakan yaitu menghentikan penindasan terutama di Rohingya," ujar Amien di depan massa aksi di depan Patung Kuda, Jakarta Pusat, Sabtu (16/9).
Indonesia, sambung Amien, punya peran strategis mengingat lokasinya berdekatan dengan Myanmar. Senada dengan Prabowo Subianto, Amien menyebut bantuan yang dikirimkan pemerintah saat ini hanya pencitraan.
"Sangat dekat dengan Indonesia, kalau penindasan masyarakat Islam ada di ujung Afrika atau Amerika Latin, kewajiban kita tidak cukup mendesak. Tapi Rezim Jokowi sepertinya terlambat dan terlalu sedikit dan mungkin hanya pencitraan tadi mungkin," kata Amien.
Dalam orasinya, Amien Rais juga menyinggung alutsista TNI dan Polri. Menurutnya banyak senjata yang dimiliki TNI/Polri kondisinya sudah usang.
"Permasalahan kita dalam membangun negeri terbentur satu hal tidak ada uang. Mengapa? karena kekayaan uang kita emas kita, perak kita, minyak kita, batubara kita digotong ke luar negeri secara terus menerus," urainya.
Amien juga menyoroti soal permasalahan PKI. Dia mengomentari adanya instruksi TNI ke tiap satuan untuk menggelar nobar film G30S/PKI bersama para prajurit.
"Terus terang tadi pagi saya gembira karena TNI AD ada meminta pemutar film PKI diputar lagi. Jadi mereka yang petentang-petenteng berusaha membangun PKI Insyaallah akan berurusan dengan TNI," papar Amien.
"Di negeri ini ada yang mengelabui masyarakat (dengan mengatakan) 'komunisme sudah tidak ada, kenapa takut'," sambungnya.
Amien menegaskan membela kepentingan bangsa Indonesia harus dilakukan secara konstitusional, bukan dengan kekerasan.
"Kalau mentok kita jihad. Kalau Islam cinta damai tapi dituduh macam-macam. Karena itu lebih bagus kalau diajak main keras, kita masuk surga kita jihad. Tapi kalau si cebong-cebong itu tidak percaya akhirat, kalau mati tentu digelandang ke neraka," ucap Amien.
Sedangkan, Pemerintah Indonesia menjadi salah yang bereaksi mengecam tragedi kemanusiaan yang terjadi di Myanmar. Bahkan Presiden Joko Widodo lewat Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendatangi langsung Myanmar untuk menekan aksi biadab tersebut.
Langkah yang ditempuh pemerintah ini mendapat sindiran dari Ketua Umum Gerindra, Prabowo Subianto. Dalam sambutannya dalam aksi bela Rohingya yang berpusat di Patung Kuda, Jakarta Pusat, Prabowo menilai 'suara' Indonesia tidak akan didengar pemerintah Myanmar.
"Kita berkumpul di sini untuk menegaskan solidaritas kita terhadap kaum Rohingya yang telah mengalami penindasan," ucap Prabowo.
Usaha pemerintah untuk menekan penguasa di Myanmar baru akan berhasil jika Indonesia memang telah dianggap sebagai negara yang besar.
"Percaya sama saya, kalau kita kuat pasti kaum Rohingya dapat kita bantu. Kalau pun kita sekarang kirim-kirim bantuan, saya nilai itu pencitraan saja. Bahkan kadang bantuan pun tak sampai," kata Prabowo di depan ribuan peserta aksi bela Rohingya.
Menurut mantan Danjen Kopassus ini, sebelum membantu negara lain, Indonesia memang harus lebih dulu kuat sehingga negara lain termasuk Myanmar tidak akan meremehkan dan tentunya setiap aspirasi yang dilontarkan akan didengar negara lain.
"Kita harus memperkuat diri supaya orang dengar kita bicara. Terus terang saja, negara kita sedang dalam keadaan tidak punya uang karena kita utang terus, kita pinjam uang untuk biaya, kita pinjam uang," katanya.
Oleh sebab itu, Prabowo justru menekankan peran umat Islam untuk menebar kedamaian agar tetap dihormati dan disegani di seluruh dunia.
"Kalau mereka menindas kaum muslim, kita tunjukkan kita beri keamanan kepada mereka. Kita harus kuat untuk bantu orang lemah, tidak bisa dong lemah bantu lemah, miskin bantu miskin. Sejuk tidak berarti jadi kambing, sejuk tidak berarti dibohongi terus menerus," katanya.(dbs/detik/viva/bh/sya) |