JAKARTA, Berita HUKUM - Banyak yang menilai bahwa dua wilayah jadi tolak ukur kemenangan Pemilu Presiden. Kedua wilayah tersebut ialah Jakarta dan Bandung (Jabar). Dalam Ppilkada Jakarta, putaran pertama dimenangi oleh Jokowi-Ahok, dengan jarak yang tidak tipis dengan pesaing di bawahnya.
Sementara itu, Pilkada Jabar baru akan diadakan tahun depan, 2013. Sama seperti DKI Jakarta, yang dimenangi oleh partai merah moncong putih, pada pilkada Jabar pun Partai PDIP diprediksi akan melenggang menjadi pesaing terberat bagi lawan-lawannya melalui pengusungan Oneng (Rieke Dyah Pitaloka).
Namun, Sekjen DPP PPP Romahurmuziy menilai bahwa Pilkada DKI Jakarta merupakan prestise semata. Pilkada DKI Jakarta itu bukan proyeksi kemenangan Pemilu Presiden 2014.
"Tidak rasional menggunakan DKI, yang hanya meliputi 7 juta pemilih dan 6 dati II, sebagai barometer Pileg atau Pilpres yang meliputi 491 Kabupaten/Kota dan 174 juta pemilih," papar Romahurmuziy di Gedung di DPR, Jakarta, Jum'at (13/7).
Sementara itu, mengenai kemenangan Jokowi-Ahok, dirinya menilai bahwa kemenangan itu merupakan keberhasilan timnya dan kegagalan konsep pesaing-pesaingnya. Pengelolaan lapangan dan pengelolaan kemasannya, dianggapnya, Jokowi-Ahok lebih unggul.
Menurutnya, pada putaran kedua belum tentu pasangan pemenang pada putaran pertama memenangi kembali, sebab pasangan dan tim yang kalah akan melakukan evaluasi dan tiap-tiap partai akan jauh lebih ideologis ketimbang putaran pertama yang hanya lebih bersifat taktis. (bhc/frd)
|