JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Studi Kajian Tokoh Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia dan The Cyrus Network melakukan Survei tentang Pemimpin Jakarta 2012 yang dimulai 24 November hingga Desember 2011.
Dalam Survei tersebut, diambil responden yang terdiri dari dari 100 Pakar dari 10 kelompok yaitu Pengamat, Akademisi, Ahli manajemen, Profesional, LSM perkotaan, Tokoh muda, Konsultan, Politisi, Tokoh budaya, etnis Betawi, serta Pemuda, juga Organisasi Kemahasiswaan.
Pengamat Politik dari Laboratorium Psikologi Universitas Indonesia, Hamdi Muluk, mengatakan pihaknya bertujuan menetralkan hasil survey yang ada. Untuk itu, dirinya tidak mengkaji studi melalui langkah nominasi dari masyarakat. Melainkan lebih cenderung, memilih langsung dari elit politik. Kemudian untuk mengecoh masyarakat, dibuatlah survei dari pasangan yang ada.
“ Kami bertentangan dengan hal itu. Makanya kami buat studi kajian ini untuk menetralkan hasil survei yang telah ada," ujarnya dalam acara Diskusi Riset Cagub DKI Jakarta 2012, Perbandingan antara Publik dan Tokoh, di Wisma Kodel, Jakarta, Selasa (17/4).
Dalam survei tersebut, ungkap Muluk, kriteria penting yang harus dimiliki bakal calon Gubernur (Balongub) DKI menurut kalangan atas dan akademisi ialah mempunyai integritas moral, ketegasan, dan komitmen sebanyak 35,4 persen.
Lalu yang memandang harus memiliki wawasan, visi, dan misi sebanyak 21,5 persen serta memiliki pengalaman, track record, dan leadership sebanyak 13,8 persen.
Dari kriteria tersebut, bakal calon yang paling layak dinominasikan sebagai Gubernur DKI dan paling berpotensi memperbaiki Jakarta di masa mendatang yaitu Joko Widodo (Jokowi) dengan nilai 17 persen. Yang memilih Faisal Basri sebanyak 16,5 persen, dan Fauzi Bowo serbanyak 14,2 persen.
Kemudian, balongub yang dinilai memiliki dimensi visioner, terpilih Faisal Basri sebanyak 6,64 persen, menyusul Jokowi sebanyak 6,48 persen. Selanjutnya, saat ditanya Calon Gubernur mana yang mampu membawa Jakarta setara dengan kota-kota besar di negara yang lebih maju atau minimal sama dengan Singapura dan Kuala Lumpur dalam waktu 10 tahun, para kalangan atas dan akademisi itu memilih Jokowi (6,38 persen), lalu Faisal Basri (6,29 persen), sedangkan Fauzi Bowo berada diurutan keenam (4,96 persen).
“Jokowi juga dinilai sebagai Balongub yang memiliki dimensi kepemimpinan yang tinggi. Terbukti sebanyak 7,13 persen menganggapnya begitu," ungkapnya.
Jokowi dianggap mempunyai kemampuan yang memadai dalam memimpin dan mengendalikan birokrasi pemerintahan DKI Jakarta ke arah good, effective dan clean governance, dengan meraih persentasi tertinggi yaitu 6,98 persen.
Kalangan atas dan akademisi, menilai Jokowi mampu menggerakkan masyarakat untuk menghentikan semua kebiasaan buruk yang merusak kota dan menggantinya dengan perilaku warga kota yang benar mencapai 6,85 persen. Serta mampu memperlihatkan kepemimpinan yang cakap saat menduduki jabatan puncak mencapai 7,57 persen.
Muluk mengatakan, Skor total dari seluruh dimensi yang ada dalam survei tersebut, Jokowi menduduki peringkat pertama dengan total skor 6,98 persen. Disusul Faisal Basri (6,70 persen). Sedangkan calon incumbent Fauzi Bowo hanya menduduki peringkat ketujuh dengan total skor 5,44 persen.
Muluk menegaskan, dari 10 dimensi tersebut, nama Jokowi dan Faisal Basri bersaing saling menduduki urutan pertama dan kedua sebagai Calon Gubernur yang memiliki kriteria tersebut. Secara pemetaan kapabilitas dan karakter, kedua calon itu juga memiliki persamaan dan nilai positif meninggalkan calon lainnya. (dbs/spr)
|