KAIRO (BeritaHUKUM.com) – Kekerasan masih berlanjut di Kairo, saat pendemo terus mendesak rezim militer mundur. Pertempuran jalanan dengan polisi anti huru hara berlangsung sengit di sekitar kawasan kementerian dalam negeri di dekat Lapangan Tahrir, Kairo, Mesi.
Letusan senjata api, dilaporkan BBC, Kamis (24/11), terdengar. Tetapi kementerian dalam negeri mengatakan pasukan keamanan hanya melakukan tembakan gas air mata. Para pendemo masih menolak usulan dewan militer yang menyatakan akan mempercepat transisi ke pemerintahan sipil. "Mereka (militer) bersama Mubarak sejak awal," seru para pendemo.
Aksi kekerasan aparat keamanan Mesir ini, dapat mengancam pemilihan umum parlemen yang akan berlangsung pekan depan. Opini publik dalam aksi kali ini tampaknya juga terpecah. Sejumlah warga Mesir menginginkan pemilu tetap dilakukan tanpa ada rintangan . Sementara yang lainnya meyakini militer harus meninggalkan kekuasaan terlebih dahulu.
Pertikaian kini memasuki hari ke enam, terpanjang setelah kekerasan pecah pasca 18 hari demo berdarah yang menggulingkan Presiden Hosni Mubarak pada Februari silam. Sejak saat itu, dewan militer mengambil alih kekuasan dengan membawa transisi negara ke demokrasi. Aksi terbaru pecah karena dipicu oleh kecurigaan bahwa militer berniat untuk tetap berkuasa.
Beberapa hari lalu, Panglima Militer Mesir sekaligus merangkap Kepala Dewan Tertinggi Pasukan Bersenjata, Mohamed Hussein Tantawi, berjanji untuk mengurangi kekerasan dengan mempercepat pemilihan presiden pada Juni 2012, atau enam bulan lebih cepat dari yang direncanakan.
Kabinet Sipil Mundur
Kabinet sipil yang ditunjuk militer juga telah mengajukan pengunduran diri. "Mereka (militer) bersama Mubarak sejak awal. Saya datang ketika saya melihat anak kami dibunuh,” kata anggota kabinet, Fatihia Abdul Ezz (60) yang ikut bergabung dalam kerumunan massa pendemo.
Kelompok pendemo pelempar batu dilaporkan kini terjebak dalam pertarungan jalanan diantara Lapangan Tahrir dan kementerian dalam negeri untuk beberapa hari. Polisi memblokir jalanan yang mengarah ke kementerian dalam negeri dan mendorong pendemo dengan tembakan gas air mata dan peluru karet yang dilapisi oleh baja.
Pendemo mengaku adanya korban luka dan tewas akibat penggunaaan peluru tajam tetapi Menteri Dalam Negeri Mansour el-Essawy mengatakan pasukan keamanan hanya menembakan gas air mata. Sejumlah laporan menyebut adanya penembak jitu dari atas bangunan sekitar Lapangan Tahrir. Rabu (23/11) kemarin, gencatan senjata sempat didorong oleh para pemuka agama, tetapi kemudian kekerasan kembali berlanjut hingga malam.
Selain di Kairo bentrokan juga pecah di Alexandria, kota terbesar kedua di Mesir, dan Ismailia, di Kanal Suez. Dalam tayangan televisi dari Ismailia menunjukkan patroli kendaraan bersenjata disaat pasukan keamanan membubarkan pendemo dengan rangkaian tembakan gas air mata.
Meski aksi demo kembali pecah tetapi, Ikhwanul Muslimin, selaku kelompok oposisi utama tidak mendukung aksi itu dan mengharapkan ada hasil yang bagus saat pemilu parlemen berlangsung pekan depan. Sementara itu, kepala hak asasi manusia PBB Navi Pillay mengutuk penggunaan pasukan keamanan berlebihan yang dilakukan militer saat membubarkan massa.
Dia mengatakan akan melakukan penyelidikan independen atas kematian yang terjadi selama akhir pekan kemarin. Kementerian kesehatan mengatakan ada 35 orang yang tewas dalam bentrokan sejak Sabtu, dan ratusan lainnya luka-luka.(bbc/sya)
|