JAKARTA, Berita HUKUM - Pemerintah menolak membayar kekurangan uang darah (diyat) kepada keluarga korban majikan Satinah binti Jumadi yang terancam hukuman mati di Arab Saudi. Satinah mengaku bersalah membunuh majikannya, Nura Al Gharib, di pengadilan Arab Saudi pada 2010 dan dijatuhi hukuman pancung, Berdasarkan hukum di Islam, eksekusi bisa dihindari jika pelaku membayar diyat denda atau ganti rugi kepada keluarga korban setelah keluarga korban memaafkan, bagaimana peran kita warga Indonesia untuk dapat membantu kekurangan Diyat Satinah
Sementara keluarga korban pembunuhan yang dilakukan tenaga kerja Indonesia (TKI), Satinah, di Arab Saudi meminta uang denda (diyat) kepada keluarga Satinah sebesar total 5 juta Real Arab Saudi.
Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Tatang Razak, dalam jumpa pers mengatakan pemerintah hanya bersedia membantu empat juta riyal saja.
"Pemerintah menunjukkan keberpihakan tapi jangan pemerintah yang harus membayar, kami sudah mendekati semua negara Filipina, Bangladesh dan tidak ada satu pun negara yang menyediakan bantuan bagi warga negaranya dalam kasus-kasus kriminal," kata Tatang.
Sedangkan, Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemnakertrans), Reyna Usman, mengatakan sudah mempunyai uang untuk diyat itu cuma 4 juta Real Arab Saudi atau setara 14,8 miliar kalau 1 Real dinilai Rp 3.700. Masih kurang 1 juta Real.
Menurut Reyna, uang sebanyak 4 juta Real yang telah ada sekarang berasal dari ABPN dan Konsorsium Asuransi TKI.
“Oleh karena itu menghimbau perusahaan jasa tenag kerja Indonesia untuk bisa membantu membebaskan Satinah dari hukuman mati dengan membayar diyat,” kata dia.
Reyna mengatakan, pemerintah memang masih terus mengupayakan negosiasi intensif untuk menurunkan angka diyat bagi Satinah, TKI yang terancam hukuman mati di Arab Saudi.(bhc/dbs/boy)
|