Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
Afghanistan
Afghanistan: Perang Selama 2 Dekade, Berikut Fakta-faktanya dalam 10 Pertanyaan
2021-07-12 14:10:06
 

AS berperang di Afghanistan sejak serangan teror pada 11 September 2001.(Foto: BBC/GETTY IMAGES)
 
AFGHANISTAN, Berita HUKUM - Setelah 20 tahun berkonflik, Amerika Serikat kini menarik pasukannya dari Afghanistan.

Bagi AS dan sekutu-sekutunya, pangkalan udara Bagram merupakan pusat komando perang melawan Taliban dan al-Qaeda.

Pasukan koalisi pimpinan AS masuk ke sana pada Desember 2001, dan pangkalan udara itu dibangun jadi markas militer yang menampung hingga 10.000 tentara.

Kini mereka sudah pergi setelah Presiden Joe Biden menargetkan memulangkan semua pasukan AS selambatnya 11 September.

Situasi itu memberi angin kepada milisi Taliban dengan terus menguasai kembali wilayah-wilayah di Afghanistan.

Perang di Afghanistan ini telah memakan biaya yang sangat banyak - baik berupa uang maupun nyawa.

Namun apa di balik perang di Afghanistan itu sesungguhnya dan apa yang dicari AS di sana?

Mengapa AS menginvasi Afghanistan 20 tahun lalu?

Pada 11 September 2001, serangan teror di AS menewaskan hampir 3.000 jiwa setelah beberapa pesawat yang dibajak menabrak gedung World Trade Center di New York dan Pentagon di Arlington County, Virginia. Sedangkan pesawat keempat jatuh di suatu lapangan di Pennsylvania.

Osama bin Laden, pemimpin kelompok teroris al-Qaeda, langsung dinyatakan sebagai pihak yang bertanggungjawab.

Taliban, kelompok radikal Islam yang menguasai Afghanistan dan melindungi Bin Laden, menolak untuk menyerahkan dia. Maka, sebulan setelah tragedi 9/11 itu, AS melancarkan serangan udara atas Afghanistan untuk menyerang Taliban dan al-Qaeda.

Apa yang terjadi sesudah itu?

Dalam dua bulan, AS dan para negara mitra serta kelompok bersenjata sekutunya di Afghanistan menggempur Taliban sehingga rezim itu jatuh dan para pengikutnya kabur ke Pakistan.

Namun Taliban tidak lenyap, mereka tetap kembali menebar pengaruh dan ada pula yang bersembunyi di gua-gua. Kelompok itu meraup jutaan dolar per tahun dari perdagangan narkotika, pertambangan, dan pungutan pajak.






Afghanistan


SUMBER GAMBAR,GETTY IMAGES



Keterangan gambar,


Pasukan AS saat di Kandahar Afghanistan





Pemerintah baru Afghanistan dukungan AS mengambil alih pada 2004, namun Taliban terus melancarkan serangan maut.

Pasukan internasional yang bermitra dengan militer Afghanistan bersusah-payah menanggulangi ancaman Taliban yang kembali menguat.

Konflik bersenjata itu menewaskan banyak korban jiwa, baik pihak sipil dan militer.

Apakah Afghanistan mulai bermasalah pada 2001?

Tidak. Selama bertahun-tahun sebelumnya Afghanistan terus dilanda peperangan, bahkan sebelum invasi AS.

Akhir 1970an, pasukan Uni Soviet menyerbu Afghanistan untuk mendukung pemerintahan berhaluan komunis.

Namun mereka mendapat perlawanan sengit dari kelompok bersenjata Mujahidin, yang didukung AS, Pakistan, China, Arab Saudi, dan beberapa negara lain.

Pasukan Soviet akhirnya ditarik pulang pada 1989, namun berlanjut Perang Saudara di Afghanistan. Di tengah kekacauan, kelompok Taliban (yang berarti "pelajar") kian menebar pengaruh.

Bagaimana Taliban berpengaruh besar?

Taliban muncul ke permukaan dari wilayah perbatasan Pakistan utara dan Afghanistan barat daya di awal 1990an. Mereka saat itu bertekad memerangi korupsi dan memulihkan keamanan bagi warga Afghanistan, yang telah menderita akibat Perang Saudara.


Keterangan gambar,

Mereka dengan cepat meluaskan pengaruh dan menerapkan atau mendukung pelaksaan hukum syariah - termasuk eksekusi di depan umum bagi terpidana pembunuh dan pezinah serta amputasi bagi mereka yang terbukti mencuri.

Kaum laki-laki lalu diwajibkan memelihara jenggot dan perempuan harus memakai burka untuk menutupi aurat di wajah dan tubuh.

Taliban juga melarang televisi, musik, dan bioskop. Mereka juga menolak anak-anak perempuan usia 10 tahun ke atas bersekolah.

Jadi Taliban benar-benar tidak pernah pergi?

Walau sempat dipukul mundur, namun banyak juga yang bertahan.

Pada 2014, di akhir konflik yang paling berdarah di Afghanistan sejak 2001, pasukan internasional mengakhiri misi tempur mereka dan menyerahkan kepada pasukan Afghanistan untuk terus memerangi Taliban.

Namun itu justru menjadi momentum bagi Taliban. Mereka lantas menguasai kembali wilayah dan melancarkan serangan bom atas sasaran-sasaran pemerintah dan sipil.

Pada 2018, BBC menemukan bahwa Taliban aktif secara terbuka di 70% wilayah Afghanistan.

Berapa banyak korban dan biaya yang ditanggung akibat perang ini?

Lebih dari 2.300 anggota militer AS tewas dan lebih dari 20.000 luka-luka. Begitu pula lebih dari 450 personel militer Inggris dan ratusan lainnya dari sejumlah negara menderita luka-luka.

Namun warga Afghanistan sendiri yang menanggung penderitaan paling banyak. Menurut sejumlah riset lebih dari 60.000 personel pasukan keamanan setempat tewas.

Perang itu juga merenggut nyawa maupun melukai hampir 111.000 warga sipil sejak PBB mulai mencatat jumlah korban di pihak sipil secara sistematis pada 2009.


Menurut suatu studi, perang ini menghabiskan uang pembayar pajak di AS senilai US$1 triliun.

Apakah ada kesepakatan dengan Taliban?

Pada Februari 2020, AS dan Taliban menandatangani "kesepakatan untuk memulihkan perdamaian" di Afghanistan yang telah memakan waktu bertahun-tahun.<

Menurut kesepakatan itu, AS dan para sekutunya sesama anggota NATO sepakat menarik semua pasukannya dengan syarat Taliban tidak lagi membiarkan al-Qaeda maupun kelompok ekstremis lain beroperasi di wilayah yang mereka kendalikan.

Sebagai hasil dari perundingan tahun lalu, Taliban dan pemerintah Afghanistan saling membebaskan tahanan.

Hampir 5.000 anggota milisi Taliban dibebaskan dalam kurun beberapa bulan sejak kesepakatan dibuat.

AS juga berjanji akan mencabut sanksi atas Taliban dan berkoordinasi dengan PBB untuk mencabut sanksi lainnya atas mereka.

AS bernegosiasi langsung dengan Taliban, tanpa kehadiran pemerintah Afghanistan.

"Sudah waktunya, setelah bertahun-tahun, untuk memulangkan warga kita," kata Presiden AS saat itu, Donald Trump.

Apakah semua pasukan AS pergi dari Afghanistan?

Pasukan terakhir AS dan NATO sudah pergi dari Pangkalan Udara Bagram, menyerahkan kendali keamanan kepada pemerintah Afghanistan.

Sekitar 650 personel militer AS diperkirakan tetap berada di sana, menurut Associated Press. Namun tugas utama mereka hanya sebatas memberi perlindungan kepada para diplomat dan membantu menjaga bandara internasional Kabul, yang merupakan sarana transportasi vital di negara itu.

Bagaimana situasi saat ini?

Sejak muncul kesepakatan, Taliban tampaknya mengubah taktik dari serangan beragam di kota-kota dan fasilitas militer ke rangkaian pembunuhan dengan sasaran tertentu yang telah meneror warga sipil Afghanistan.

Mereka telah menguasai banyak wilayah dan kembali mengancam untuk menjatuhkan pemerintah di Kabul setelah ditinggal pergi militer asing.

Al-Qaeda juga terus beroperasi di Afghanistan, sedangkan militan ISIS juga melancarkan serangan di negara itu.

Kekhawatiran akan masa depan pemerintahan di Kabul terus meningkat. Namun, Presiden Ashraf Ghani yakin bahwa pasukan keamanan Afghanistan telah mampu sepenuhnya menghadapi pemberontakan.

Perang dua dekade di Afghanistan: Apakah hasilnya sepadan?

"Jawabannya tergantung pada ukuran apa yang kita pakai," kata koresponden keamanan BBC, Frank Gardner.

Sumber-sumber keamanan senior kepada BBC mengatakan bahwa sejak perang dimulai, belum ada satu pun serangan teroris internasional yang berhasil direncanakan dari Afghanistan.

"Jadi, hanya dengan ukuran kontra-terorisme internasional itu, kehadiran militer dan keamanan Barat di sana berhasil memenuhi target," kata Gardner.






Afghanistan


SUMBER GAMBAR,REUTERS



Keterangan gambar,


Dua perempuan berduka di suatu rumah sakit di Kabul setelah serangan bom truk pada 31 Mei 2017.




Namun, 20 tahun telah berlalu, Taliban masih jauh dinyatakan kalah dan justru tetap menjadi kekuatan yang besar.

Beberapa laporan mengungkapkan bahwa Juni lalu terjadi kekerasan yang terburuk sejak kedatangan pasukan koalisi internasional, di mana ratusan jiwa tewas.

Selain itu banyak pembangunan yang susah payah diwujudkan - seperti gedung-gedung sekolah dan kantor pemerintah serta tiang-tiang listrik - kini rusak atau hancur.

"Al-Qaeda, Negara Islam (IS) dan kelompok militan lainnya tidak lenyap. Mereka bangkit lagi dan terdorong oleh kepergian sisa-sisa terakhir pasukan Barat," kata Gardner.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Afghanistan
 
  Afghanistan: Eks Presiden Ghani Minta Maaf Kabur ke Luar Negeri Demi 'Selamatkan Kabul dan 6 Juta Penduduknya'
  Afghanistan: Qatar dan Turki Memberi Jalan Bagi Taliban untuk Unjuk Gigi di Panggung Dunia
  Kesepakatan Taliban dan Trump yang Menjadi Kunci Kelompok Ini Menguasai Kembali Afghanistan
  Afghanistan: Perang Selama 2 Dekade, Berikut Fakta-faktanya dalam 10 Pertanyaan
  Biden Janji Bantu Afghanistan secara Berkelanjutan di Tengah Penarikan Pasukan AS
 
ads1

  Berita Utama
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua

PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet

 

ads2

  Berita Terkini
 
Apresiasi Menlu RI Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Selain Megawati, Habib Rizieq dan Din Syamsuddin Juga Ajukan Amicus Curiae

TNI-Polri Mulai Kerahkan Pasukan, OPM: Paniai Kini Jadi Zona Perang

RUU Perampasan Aset Sangat Penting sebagai Instrument Hukum 'Palu Godam' Pemberantasan Korupsi

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2