JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Agenda dalam pencitraan politik secara tidak langsung melalui iklan layanan masyarakat dapat menggiring opini publik menuju keinginan partai penguasa. Iklan layanan masyarakat dapat melalui program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) maupun Bantuan Beasiswa Pendidikan dari dampak kenaikan atau penurunan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Pasalnya, agenda pencitraan yang dapat ditayangkan melalui iklan layanan masyarakat itu didanai dari uang rakyat yang dianggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2012. Hal itu dikemukakan mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Prof. yusril Izra Mahendra melalui jejaring social yang dimilikinya, Selasa (1/4).
Dalam penilaian ahli Hukum Tata Negara itu, pencitraan dalam bentuk iklan layanan masyarakat dapat mengelabui 74 juta masyarakat atau 18,5 juta Kepala Keluarga yang menerima BLSM selama 6 bulan apabila diputuskan naik atau turunnya harga minyak Indonesia dengan mengikuti nilai rata-rata harga minyak dunia.
Terkait BLSM, Pemerintah telah menetapkan besarnya bantuan telah dianggarkan dalam APBN yakni sebesar Rp 150 ribu untuk setiap kepala keluarga setiap bulan selama 6 bulan.
“Orang kecil akan mengira, dan akhirnya bukan mustahil akan percaya, bantuan ini memang benar-benar datang dari Pak SBY dan PD sebagai partai berkuasa. Padahal asal uang itu, uang rakyat juga, yang dianggarkan melalui APBN,” papar Yusril.
Adapun jika terjadinya penurunan harga minyak dunia menjelang Pemilu 2014, Yusril pun menilai agenda pencitraan dapat ditimbulkan melalui iklan layanan yang isinya bisa diskenariokan.
“Bukan mustahil pula, Pak SBY akan muncul di televisi mengumumkan harga BBM turun. Rakyatpun senang. Simpati kian bertambah, citra akan naik, dan berkahpun akan datang. Opini rakyat kecil dengan mudah dapat dipermainkan dan dibentuk melalui iklan-iklan. Semua ini akan membawa berkah yang luar biasa bagi PD untuk meraup suara dalam Pemilu 2014,” ungkap Yusril menambahkan
Hanya saja mantan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ini mengingatkan bahwa argumentasinya dalam menilai agenda pencitraan tersebut tidak didasari niat buruk.
Penilaian Yusril berdasarkan pengalaman naik-turunnya harga BBM dalam kurun waktu 2004-2009 dan munculnya iklan-iklan di televisi dan radio berisi ucapan terima kasih rakyat kecil kepada Pak SBY. (bhc/boy)
|