JAKARTA, Berita HUKUM – Insiden penembakan oleh Brimob Polda NTT terhadap 3 orang warga hingga 1 warga sampai meregaang nyawa dan 2 luka serius akibat bentrokan berdarah antara warga Desa Lewonara dan Desa Lewobunga yang terjadi kemarin, Kamis (4/10) sore, menuai protes. Warga mengecam penembakan yang dilakukan oleh brimob yang merupakan bentuk kegagalan aparat dalam melakukan penegakkan hukum. Warga mengusut dan mendesak Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) segera melakukan investigasi terkait insiden berdarah ini.
Amirul Mu’min, Tokoh Agama setempat saat dihubungi tadi, Jumat (5/10), meminta Komnas HAM harus segera melakukan penyelidikan lapangan terhadap kasus ini dan LPSK dapat secara aktif memberikan perlindungan dan layanan bantuan kepada para korban dan saksi peristiwa tersebut. Kapolda NTT harus secara profesional menjalankan tugasnya dalam memberikan perlindungan bagi warga dan bukan justru menjadi ancaman serius bagi keselamatan warga sipil.
Sementara itu, satu keluarga korban berinisial NS, 40, dengan tegas mengecam aksi penembakan ini, dan mereka meminta diberikan sanksi hukum yang berat. Menurutnya, "peristiwa penembakan itu merupakan kegagalan aparat Kepolisian Polda Nusa Tenggara Timur dalam mengendalikan pertikaian Desa Lewonara dan Lewobunga. Sebaiknya mereka mundur dari jabatannya karena dianggap gagal mengendalikan pertikaian hingga menyebabkan banyaknya jatuh korban baik jiwa maupun luka”, ujar NS, ketika dihubungi via telepon seluler, ketika tengah melakukan prosesi pemakaman terhadap anggota keluarganya yang meninggal akibat aksi penembakan oleh anggota brimob kemarin.
Menurut NS, tidak hanya pemimpin jajaran kepolisian Polda NTT saja yang harus mundur, tapi juga gubernur dan bupati setempat yang terlibat dalam insiden berdarah ini, karena mereka adalah dalang dari pertikaian ini.
NS menambahkan, dia sangat menyayangkan aksi penembakan oleh anggota brimob yang mengakibatkan tiga dari warga menderita luka tembak, satu diantaranya meninggal dunia akibat peluru kaliber yang bersarang ditubuh korban hingga meregang nyawa saat dalam perawatan di Rumah Sakit Maumere. Korban meninggal langsung dibawa pulang kerumah duka.
Dan sore tadi, jenazah korban langsung diadakan prosesi pemakaman ditempat pemakaman Desa Lewonara. NS menegaskan, kejadian penembakan ini bukan memperkeruh masalah, melainkan malah makin memicu bertambahnya masalah.
Ditempat terpisah, Koordinator TIM Advokasi Hukum NTT, Kapitan Raja ketika dihubungi tadi, mendesak agar kepolisian setempat menghentikan penggunaan kekuatan senjata saat menghadapi masyarakat sipil dalam konflik tersebut. Sebelumnya juga diungkapkan ada beberapa pelanggaran hak dasar warga dalam tindakan pejabat pemerintah dan aparat Polri, Brimob dan TNI terkait selama menangani konflik lahan Desa Lewonara. Pelanggaran itu terutama adanya intimidasi.
Mengenai kondisi dan suasana di area konflik tersebut, dikabarkan sejak tadi pagi hingga berita ini diturunkan, pasukan keamanan dari Polres Flores Timur, Brimob Polda NTT dan TNI tengah melakukan penjagaan di area konflik. Tidak ada insiden penyerangan antar dua kelompok yang bertikai tersebut.(bhc/hsn)
|