NORWEGIA, Berita HUKUM - Seperti biasanya, dimana saja masyarakat Aceh berada selalu membuat perayaan-perayaan Islam sebagaimana yang biasanya dilakukan di Aceh. Untuk kali ini pada hari Minggu (11/1) lalu, bertepatan 20 rabiul awal 1436 H, masyarakat Aceh Norwegia (affor) bekerja sama dengan Achehnese Norway Az-Aziziyah memperingati Maulid Nabi besar Muhammad SAW yang di adakan di Bydelshus Forus, Norwegia.
Acara di awali dengan pembukaan oleh Mutia sari Binti Anwar, selanjutnya di serahkan kepada pembawa acara Tgk H Zulkifli Abda dan pembacaan ayat suci Al quran oleh Martunish Teuku Daniel.
Kata-kata sambutan oleh Ketua Achehnese Norway Al Aziziyah Tgk Murhaban Idris. Dalam sambutannya beliau berkata untuk mencintai Rasulullah tidak cukup dengan hanya memperingati maulid dan di mulut saja, tapi kita harus mengikuti ajaran yang di bawakan oleh baginda. Beliau menambah berapa banyak orang muslim seluruh dunia tapi kemana kekuatan kita, mungkin karena kita telah hilang jati diri dan tidak mengikuti apa yang telah di perintahkan oleh Allah dan Rasulullah. Maka dari itu mari kita koreksi diri kita masing-masing dimana salah dan silap, sehingga ke depan kita menjadi orang yang taat dan cinta kepada Rasul yang sebenarnya.
Suara pembacaan Barzanji (Like Molod) terdengar bersahutan pembacaan barzanji seakan menjadi Suguhan wajib pada hari perayaan maulid, yang khusus di bacakan oleh warga Aceh yang menetap disini. Isi like adalah pujian-pujian kepada Rasulullah SAW yang dibaca dari buku karya syeikh Ja’far Al-Barzanji. Suara bersahutan itu dilantunkan oleh 30 warga Aceh yang demikian bersemangat, dan menyebutkan bacaan berzanzi yang menambah suasana religiusitas dari kenduri Maulid yang digelar setiap tahunnya oleh Warga Aceh yang menetap di Stavanger, Norway.
Perayaan Maulid Nabi yang dilakukan warga Aceh yang menetap di Norwegia setiap tahunnya, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT dengan diutusnya Rasulullah untuk menyelamatkan keimanan umat manusia.
Seperti biasanya di Aceh, setiap maulid Nabi dihidangi dengan bermacam-macam makanan khas Aceh. Di sini tidak kurangnya juga ada bu leukat bungkôh dengan ôn pisang, reundang, mulôh panggang, prekedel, urap dan hidangan lauk lainnya.
Jika kita sedang berada didepan hidangan ini seolah-olah kita sedang berada di Meunasah di salah satu gampông di Aceh.
“Dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Mari kita Jadikan Akhlak Nabi Muhammad SAW sebagai teladan dalam mewujudkan masyarakat yang rukun, aman dan damai, serta untuk mempererat hubungan Silaturahmi antar warga Aceh dan sesama muslim di Norwegia”. ujar Bahar nor.(rls/bs/bhc/sya)
|