DENPASAR (BeritaHUKUM.com) – Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Wilayah Bali mencurigai adanya kepentingan lain dibalik rencana pengembangan Geothermal Bedugul. Pasalnya, berdasarkan analisa, rencana lain itu diduga berkaitan dengan pembangunan resort atau pertambangan terbuka di kawasan Bedugul, Tabanan, Bali itu.
“Pada dasarnya pengembangan Geothermal Bedugul sangat tidak masuk akal, karena dari satu sumur yang dihasilkan hanya mampu memproduksi listrik yang sangat lemah, yakni hanya 2 megawatt,” kata Koordinator Walhi Wilayah Bali Wayan Gendo Suardana di Denpasar, Bali, baru-baru ini.
Dari 2 megawatt yang dihasilkan Geothermal Bedugul itu, hanya cukup untuk mendukung operasional Geothermal itu sendiri. Kondisi ini juga yang menunjukkan bahwa janji Menteri Energi dan Sumber Daya Minderal (ESDM) Jero Wacik untuk memberikan listrik gratis pada masyarakat sekitar radius 10 kilometer Geothermal, hanya akan menjadi janji belaka.
“Jika janjinya akan membiayai desa dan memberi listrik gratis, saya kira itu menjadi tidak masuk akal. Itu mungkin bohong, karena kalau Geothermal itu dibangun, apalagi radiusnya jauh, itu tidak mungkin. Dalam radius satu kilo itu, hutan semua. Jadi, siapa yang mau dikasi listrik gratis sebetulnya,” ungkap Suardana.
Namun, menurut dia, jika dilihat dari potensi pengembangan pembangunan pariwisata, khusunya untuk resort sangat potensial. Sebab, pemandangan di kawasan Bedugul sangat menjanjikan. Selain dugaan pembangunan resort, ada kecurigaan melakukan pertambangan terbuka, karena kawasan Bedugul memiliki potensi tambang yang melimpah.
“Beberapa dugaan bahwa di sana ada emas, potensi emas. Mengapa memilih titiknya di puncak? Jika penelitian hingga 1.800 kedalamannya, mengapa tidak memiliih dari bawah? Kalau 1.000 meter itu kan lebih efisien secara ekonomi, tapi mengapa harus di puncak?” imbuh Suardana.
Diungkapkan, saat ini saja dengan melakukan pengeboran di tiga titik, pengembangan Geothermal Bedugul telah menyebabkan 48 hektare hutan di kawasan Bedugul mengalami kerusakan akibat pembabatan hutan. Padahal, rencananya pengembangan Geothermal akan dilakukan pengeboran terhadap 12 titik untuk mendapatkan sumber listrik sebesar 10 megawatt. “Berapa hektare lagi hutan yang rusak,” tandasnya.
Berdasarkan perkiraan Walhi Wilayah Bali, Geothermal Bedugul mampu menghasilkan energi listrik mencapai 165 megawatt adalah suatu kebohongan. Alasannya, dari data lapangan terbukti dari tiga sumur yang telah di bor hanya satu sumur yang memilik potensi geothermal dan itupun dengan energy sangat kecil hanya 2 megawatt.
Tapi yang paling penting adalah kawasan Bedugul merupakan kawasan resapan air bagi Bali. Jika Geothermal ngotot untuk dikembangkan, pastinya akan menjadi ancaman bagi ketersediaan air di Bali. Apalagi dengan kondisi wilayah Bali yang makin sarat pembangunan infrastruktur pariwisata tanpa mengindahkan kelestarian lingkungan hidup.(beb/sut)
|