JAKARTA, Berita HUKUM - Utang Indonesia kepada China selama setahun terakhir naik tinggi atau 'meroket' sebesar 46,09%. Jika pada Juli tahun lalu jumlah utang ke China sebesar US$ 9,69 miliar maka Juli tahun ini naik US$ 4,47 miliar menjadi US$ 14,17 miliar.
Berdasarkan rilis Statistik Utang Luar Negeri (Sulni) Bank Indonesia (BI), posisiChina sebagai negara kreditor juga mengalami lonjakan. Jika tahun lalu Chinamasih ada di posisi kelima dalam daftar lima kreditor terbesar Indonesia, maka Juli tahun ini sudah ada di tiga besar.
Dari lima kreditor tersebut, tercatat hanya utang Indonesia ke China dan Jepang yang mengalami kenaikan. Sisanya mengalami penurunan.
Daftar lima kreditor Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia (dalam US$ juta) :
Negara | Juli 2016 | Juli 2015 | Pertumbuhan (%)
1. Singapura | 54,695 | 60,515 | 9.62
2. Jepang | 33,470 | 31,595 | 5.93
3. China | 14,169 | 9,699 | 46.09
4. AS | 10,537 | 10,758 | -2.05
5. Belanda | 9,946 | 10,565 | -5.86
"Hal tersebut terjadi karena memang sebagian besar proyek Infrastruktur Indonesia merupakan hasil kerjasama antara Indonesia dan China, sekaligus pembiayaan yang dilakukan oleh China, secara tidak langsung Foreign Direct Investment (FDI) dari China cukup mengalami peningkatan," ujar Research & Analyst PT Corfina Capital, Putu Wahyu Suryawan kepada Pasardana.id, di Jakarta, Selasa (20/9).
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo mengungkapkan, hingga saat ini nilai ekspor di Indonesia masih belum menunjukkan perbaikan yang signifikan. Hal ini berdampak pada penerimaan negara dan kemampuan pembiayaan utang pemerintah.
"Kita melihat bahwa rasio ekspor yang belum tumbuh karena harga komoditi yang belum membaik membuat rasio servicing kita cukup perlu diwaspadai," kata Agus.
Hanya saja, lanjut Agus, bukan berarti keadaan ini berdampak pada pengurangan utang pemerintah. Menurut Agus, utang tetap perlu dilakukan pada sektor produktif.
"Berutang itu tidak apa-apa asal digunakan untuk kegiatan yang produktif. Yang selama ini kita jaga adalah bahwa penggunaanya adalah untuk yang produktif dan didukung oleh hedging sehingga tidak membuat risiko," ucapnya.(Pasardana/Kontan/bh/sya) |