MESIR, Berita HUKUM - Unjuk rasa kelompok pro dan kontra pemerintah Mesir di berbagai kota diwarnai bentrokan mematikan yang melibatkan kedua kelompok tersebut.
Ketegangan terus meningkat menjelang unjuk rasa kelompok oposisi yang akan digelar Minggu (30/6) untuk menuntut Presiden Mohammed Morsi mundur.
Di Kairo, ribuan pendukung Morsi berunjuk rasa di luar masjid terbesar di kota itu.
Setidaknya dua orang tewas, yang salah-seorang diantaranya, menurut televisi setempat, adalah seorang wartawan AS. Dia disebutkan tewas saat pengunjuk rasa menyerbu kantor Ikhwanul Muslimin di Alexandria.
Sejauh ini masih simpang-siur tentang penyebab kematian warga AS itu, yang dilaporkan akan mengambil foto situasi bentrokan pada Jumat, (28/6) kemarin.
Pejabat Mesir mengatakan, dia ditikam pada bagian dadanya, tetapi laporan lain menyebutkan dia terkena tembakan.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan, tengah menyelidiki laporan kematian warga AS ini.
Washington juga memperingatkan warga AS tidak melakukan perjalanan ke Mesir apabila tidak ada kepentingan, serta mengatakan staf diplomatiknya dapat meninggalkan negara itu apabila situasinya tidak memungkinkan lagi.
'Perang saudara'
Satu korban tewas lainnya adalah seorang pria Mesir yang ditembak mati pada Jumat, demikian sumber di rumah sakit.
Sementara, puluhan orang terluka ketika terjadi bentrokan antara kelompok anti-Morsi dan kelompok Islamis di sejumlah kota di wilayah utara negara itu.
Kantor Ikhwanul Muslimin, yang merupakan pendukung setia Morsi, dibakar, dan pihak berwenang dilaporkan telah memanggil polisi anti huru hara dan helikopter militer untuk mencoba meredam aksi kekerasan.
Ada juga laporan terjadi ledakan di Kota Port Said, juga di wilayah utara. Kepolisian setempat mengatakan satu orang tewas dan lima terluka akibat ledakan itu.
Sedikitnya tujuh orang diyakini tewas di wilayah utara Mesir dalam aksi kekerasan belakangan ini.
Keamanan makin diperketat di Kairo dan beberapa kota lainnya dengan mengerahkan aparat militer.
Lembaga terkemuka di Mesir, Al-Azhar, telah mengeluarkan peringatan tentang dampak aksi kekerasan yang terus meningkat ini.
"Kita harus waspada, jangan sampai semua ini akan berujung kepada perang saudara," kata pernyataan resmi lembaga tersebut.(bbc/bhc/rby) |