JAKARTA, Berita HUKUM - Dalam menanggapi rencana kenaikan tarif KRL Commuter Line, Komunitas Pengguna KRL Jabodetabek (KRL - Mania) menolak kenaikan tersebut yang akan dilaksanakan pada 1 Oktober 2012.
Kenaikan ini dianggap tidak disesuaikan dengan pelayanan KRL, adanya pembohongan publik dalam menyampaikan uraian kenaikan, masih adanya free riders, dan adanya pemborosan anggaran.
“Ada unsur kebohongan publik pada klaim KCJ yang menyatakan bahwa, "tarif KRL tidak pernah naik selama tiga tahun terakhir. Faktanya, pada tahun 2011, ketika Commuter Line mulai dioperasikan, sudah ada kenaikan tarif dari Rp 5.500 (Ekonomi AC) menjadi Rp 7.000 (Commuter Line relasi Bogor - Jakarta Kota / Tanah Abang) atau Rp 6.000 (Commuter Line relasi Depok - Jakarta Kota / Tanah Abang)”, papar Komunitas Pengguna KRL Jabodetak bekser, melalui moderator Nurcahyo, Rabu (19/09).
Selama ini KRL Commuter Line jadi salah satu alat transportasi favorit bagi publik. Bila tarif ini tetap dinaikkan, sementara kenyamanan atau fasilitas tidak menyamankan penggunanya, maka bukan tidak mungkin publik akan beralih ke transportasi pribadi, yang kemudian akan memacetkan jalanan di Jakarta.
“Kemudian kepada Pemerintah, perlu kami ingatkan bahwa dikhawatirkan akan ada penumpang KRL yang kembali mengendarai motor / mobil pribadi bila tarif KRL dinaikkan lagi. Seharusnya, pemerintah memberikan insentif kepada para pengguna KRL karena telah mengurangi beban jalan raya (kemacetan), polusi, konsumsi BBM dan lain - lain”, imbuhnya. (bhc/frd)
|