SURABAYA, Berita HUKUM - Ribuan buruh dari berbagai daerah di Jawa Timur kembali menggelar aksi demo di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan Surabaya. Aksi menuntut Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) sebesar Rp 2,2 juta, berakhir bentrok.
Kericuhan itu dipicu oleh Korlap Aksi, Pujianto yang juga Ketua Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) Jawa Timur, yang saat itu memerintahkan Garda Serbu yang mengenakan pakaian merah hitam dan ikat kepala untuk maju 10 langkah dan menjebol pintu pagar kantor gubernur.
Tak ayal, pasukan polisi gabungan dari Polrestabes Surabaya dan Polda Jawa Timur yang bersiaga, menembakkan water cannon dan puluhan peluru gas air mata, ke arah kerumunan massa aksi, sekitar pukul 15.00 WIB. Ribuan buruh dari beberapa wilayah di Jawa Timur itupun, lari tunggang langgang meninggalkan arena untuk menyelamatkan diri.
Kondisi yang memanas ini, bermula saat perwakilan buruh dari Gersik yang datang lebih awal, ditemui Asisten III Pemprov Jawa Timur yang juga Ketua Dewan Pengupahan Provinsi, Edy Purwinarto berlangsung panas. Sebab, perwakilan buruh yang juga Ketua DDPC SPSI Gersik, Suyanto, menolak ditemui Asisten III.
Karena menurutnya, yang bisa membuat kebijakan hanya gubernur. "Kita walk out saja, karena gubernur tak mau menemui kita," teriak Suyanto.
Dalam orasinya, Pujianto mengatakan, buruh mendesak daerah kawasan ring satu untuk menetapkan UMK sebesar Rp 2,2 juta. "Kalau gubernur tak mau menetapkan UMK, Rp 2,2 juta, kita akan kepung kantor gubernur," teriak dia.
Massa aksi yang menyambut orasi Pujianto, meneriakkan yel-yel dan lagu iwak peyek. Massa aksi semakin beringas di tengah terik matahari, ketika Gubernur Jawa Timur, Soekarwo tak kunjung menemui buruh.
Situasi makin tak terkendali, ketika Pujianto memerintahkan massa aksi untuk masuk ke Kantor Gubernur dengan cara paksa. Polisipun menyambutnya dengan tembakan water cannon dan gas air mata. Dan para buruh pun berlarian untuk menyelamatkan diri.
Setelah kondisi mereda, sekitar 15 menit, Pujianto di kawal aparat kepolisian bertemu dengan Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol Hadiatmoko di dampingi Sekdaprov Jawa Timur, Rasio dan Kapolrestabes Surabaya, Kombes Pol Tri Maryanto.
Pujianto mengatakan, aksi kerusuhan yang baru saja berlangsung dipicu ketidaktegasan gubernur dalam menerima aspirasi buruh. Bahkan, Kadisnakertrans Jawa Timur, Hari Sugiri, yang ditunjuk gubernur untuk menemui Menakertrans, Muhaimin Iskandar, selingkuh.
Alasannya, karena 10 perwakilan aksi, yang berangkat ke Jakarta menyusul Hari Sugiri untuk bertemu dengan Muhaimin, di telantarkan. Hari Sugiri pulang terlebih dahulu, sebelum bertemu dengan 10 perwakilan buruh.
Untuk itu, buruh MPBI Jawa Timur, menyatakan sikap: UMK tahun 2013, Rp 2,2 juta adalah harga mati, dan gubernur harus menuruti kemauan buruh. “Jika tuntutan buruh Jatim tak diindahkan, ke depan, buruh se-Jatim, akan kampanye anti Pakde Karwo, panggilan akrab Soekarwo, dalam Pilgub Jatim 2013. Kedua, kami mendesak gubernur supaya memecat Kadisnaker Jatim sebelum lima hari, kalau tidak, kita akan instruksikan pada seluruh buruh di Jatim untuk melakukan aksi mogok kerja masal selama lima hari.
Selain itu, buruh juga mengancam akan melumpuhkan semua akses jalur transportasi di Jawa Timur. "Hal ini kami lakukan agar menteri dan gubernur penuhi tuntutan buruh. Mogok lima hari kerja tak perlu dilakukan di Pahlawan atau di Grahadi (Surabaya). Tapi di daerah masing-masing. Kita akan cari malaikat di Jawa Timur," katanya.
Selain itu, Pujianto juga siap bertanggungjawab atas segala kerusakan akibat tindakan anarkis aksi buruh. Untuk itu, buruh meminta aparat kepolisian untuk segera menginvetarisasi kerusakan dan buruh siap mengganti rugi.
Selanjutnya, Pujianto didampingi Kapolda Jawa Timur, menyusuri area demo yang diduga terjadi kerusakan, seperti pintu masuk kantor gubernur maupun kawat berduri milik polisi yang rusak, Demikian seperti yang dikutip dari merdeka.com, pada Selasa (20/11).(mrk/bhc/opn) |