JAKARTA, Berita HUKUM - Ekspor kakao olahan diperkirakan mencapai 240.000 ton pada akhir tahun atau bakal menembus rekor tertinggi.
Ekspor kakao Indonesia selama ini didominasi biji kakao karena minimnya industri pengolahan bahan baku cokelat itu di dalam negeri.
Data Kementerian Perdagangan menyebutkan ekspor kakao olahan sejak 2006 tak pernah menembus angka 200.000 ton. Pada 2011, ekspor kakao olahan hanya 195.470 ton, sedangkan pengapalan biji kakao mencapai 214.740 ton.
Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Sindra Wijaya mengatakan peningkatan ekspor kakao olahan dipicu oleh peningkatan kapasitas produksi industri kakao dalam negeri.
Berdasarkan data AIKI, kapasitas produksi industri kakao di Tanah Air meningkat dari 268.000 ton biji kakao pada 2011 menjadi 340.000 ton tahun ini.
Pertumbuhan ekspor sebesar 22,78% itu ditopang oleh peningkatan permintaan dari sejumlah negara di Asis, terutama China dan India, yang mencapai 20%.
Pertumbuhan itu mampu mengompensasi perlambatan permintaan dari Eropa dan Amerika Serikat yang hanya tumbuh 5% tahun ini.
Permintaan dari AS dan Uni Eropa selama ini berupa cocoa butter, sedangkan Asia, Afrika, Amerika Latin dan Timur Tengah lebih banyak berupa cocoa powder.
“Kapasitas produksi dalam negeri meningkat, kemudian ada peningkatan konsumsi di Asia. Dua faktor itu bisa membuat ekspor kakao kita mencapai 240.000 ton sampai akhir tahun,” ujar Sindra, Minggu (9/12), seperti yang dikutip dari bisnin.com, pada Minggu (9/12).
Sindra mengemukakan ekspor kakao olahan sebetulnya bisa lebih melonjak lagi jika serapan biji kakao oleh industri dalam negeri berjalan sesuai proyeksi pada awal tahun sebanyak 400.000 ton.
Namun, tertundanya realisasi beberapa proyek investasi membuat kapasitas produksi tahun ini hanya berhenti di angka 340.000 ton.(bas/bsn/bhc/opn)
|