Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
Syafii Maarif
Syafii Maarif: Gaya Pemimpin Sekarang tak Memberikan Keteladanan
Saturday 16 Jul 2011 21:0
 

Syafii Maarif (Foto: Istimewa)
 
JAKARTA-Mantan Ketua PP Muhammadiyah, Buya Syafii Maarif merasa prihatin dengan kondisi bangsa ini. Persoalan pokoknya adalah masalah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan saat ini, malah tak memberikan keteladanan dan membawa negara ini tak merdeka.

"Kalau Indonesia bisa bertahan, itu adalah suatu mukzizat. Padahal, ada yang mengatakan negara ini sudah mau hancur, tapi tidak hancur-hancur juga. Sekarang, banyak politisi yang tak berhati negarawan. Lari ke sebuah partai, kemudian menjadi kumpulan orang-orang bermasalah," kata dia dalam orasinya pada acara Nasional Demokrat di gedung Pola, Jakarta, Sabtu (16/07),

Dia juga menyoroti sikap lain dari elite politik negeri ini yang sudah berperilaku tidak mengindahkan norma kepatutan. Menurut pria yang akrab disapa Buya ini, ada sebuah borok elit yang coba ditutup-tutupi, tapi malah memunculkan borok yang lain. Semua ini disebabkan pondasinya di atas pilar keculasan, bukan kejujuran.

“Menutupi borok satu, malah memunculkan borok lain. Apa pun yang kau sembunyikan, sejarah akan mengungkap," ujar Buya tanpa menyebutkan secara langsung kepada siapa kritiknya itu disampaikannya.

Saat ini, lanjut dia, kondisi bangsa makin rapuh. Tidak hanya di satu bidang, tapi sudah merembet ke mana-mana. Buya pun menyampaikan kalimat retoris, apakah kondisi ini haruslah terus dipertahankan atau dihentikan. "Antara hati dan mulut sudah pecah kongsi. Antara kata dan perilaku sudah lama tak bersahabat. Pemimpin sekarang seakan dilecehkan rakyatnya sendiri. Dia harus tahu diri," katanya kembali mengritik tanpa menyebut langsung orang yang dimaksud.

Selanjutnya, Buya mengkritik sikap pemimpin bangsa ini yang menurutnya kerap mengeluh. "Jangan mengeluh, mengatakan instruksi kepada para pembantunya, 50 persen tak jalan. Ini, apa tak bisa mempimpin atau menteri tak patuh. Kalau menteri sudah tak patuh, maka pemimpinnya sudah gagal. Kalau dibiarkan negara makin memburuk,” tegasnya kembali menusuk telinga.

Dia juga melihat bangsa dan negara ini makin kehilangan kedaulatan. Hampir seluruh lini ekonomi dan sumber daya alam dikuasi asing. Negara hanya menguasai sebagian kecil. “Lihat saja pertamina hanya kuasai 30 persen. Kemudian perbankan, dikuasai asing. Kita ini orang Merdeka atau tidak? Bung Karno, Bung Hatta adalah orang merdeka. Tapi, kalau politisi sekarang saling beda pendapat karena beda pendapatan," sindirnya tajam.

Buya pun ikut menyikapi kasus mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin. Menurutnya, persoalan bangsa saat ini amatlah serius, karena sangat aneh untuk menangkap seorang Nazaruddin saja, negara tidak mampu.

“Aneh, untuk menangkap seorang Nazaruddin saja tak bisa. Negara ini sudah gagal. Bangsa ini menunggu tokoh bangsa yang memiliki moral. Moral bangsa ini sekarang sudah hancur. Kelakuannya berbeda, hati dan perilaku tidak bersatu," kecamnya.

Di tempat terpisah, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Busyro Muqoddas menegaskan, pihaknya akan terus mendalami kasus korupsi pembangunan wisma atlet yang melibatkan Nazaruddin. Tapi pihaknya tidak mempunyai target kapan kasus tersebut akan selesai. “Kami akan terus mengejar Nazaruddin sampai tertangkap. Dari terdakwa Rosa Manulang sudah diungkapkan mengenai aliran-alairan dana itu, seperti yang dibeberkan penuntut umum,” kata Busyro.

Dijelaskan, berdasarkan hasil sidang terdakwa Rosa tersebut, pihaknya akan mendalaminya kembali. Dari hasil pendalaman itu akan diketahui mana yang perlu periksa lagi dan tidak. Sedangkan mengenai dugaan adanya aliran dana berupa fee kepada Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin, masih memerlukan alat bukti lagi, karena penyebutan namanya itu tersebut baru satu pihak.

"Jika nanti dalam perkembangannya ditemukan bukti-bukti tambahan, sudah pasti nama-nama yang disebutkan itu akan kami periksa. Siapa pun yang disebut, kalau ada bukti yang mendukung pasti KPK akan memanggil untuk memeriksanya,” tandas mantan Ketua Komisi Yudisial (KY) tersebut.(bie/dbs)



 
   Berita Terkait > Syafii Maarif
 
  Syafii Maarif: Kerusakan Bangsa Ini Nyaris Sempurna
  Syafii Maarif: Kondisi Negara Ini Jauh dari Kata Bermartabat
  Syafii Maarif Siap Bekerja Objektif dan Radikal
  Syafii Maarif: Gaya Pemimpin Sekarang tak Memberikan Keteladanan
 
ads1

  Berita Utama
Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

Komisi XIII DPR Bakal Bentuk Panja Pemasyarakatan Usai 7 Tahanan Negara Kasus Narkoba Kabur dari Rutan Salemba

Pakar Hukum: Berdasarkan Aturan MK, Kepala Daerah Dua Periode Tidak Boleh Maju Lagi di Pilkada

 

ads2

  Berita Terkini
 
PT Damai Putra Group Tolak Eksekusi PN Bekasi, Langkah Tegas Melawan Ketidakadilan

Kata Meutya Hafid soal Pencopotan Prabu Revolusi dari Komdigi

Permohonan Praperadilan Tom Lembong Ditolak, Jampidsus Lanjutkan Penyidikan

Hari Guru Nasional, Psikiater Mintarsih Ingatkan Pemerintah Agar Segera Sejahterakan Para Guru

Polri Bongkar Jaringan Clandestine Lab Narkoba di Bali, Barang Bukti Mencapai Rp 1,5 Triliun

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2