JAKARTA, Berita HUKUM - Calon Presiden dan wakil Presiden bernomor urut 1, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa akan memenangkan Pemilihan Umum Presiden 2014 jika pemungutan suara dilakukan sekarang. Demikian hasil riset lembaga Vox Populi Survey dari 4.998 responden warga negara Indonesia di 402 kabupaten/kota.
Kurang dari sebulan waktu pencoblosan Pemilu, Rabu 9 Juli mendatang, hasil beberapa lembaga survey mereka rilis telah menunjukkan kemenangan pada capres No urut 1 Prabowo-Hatta dari koalisi Merah Putih. Survei Vox Populi kali ini, berlangsung selama 3-15 Juni 2014, menunjukkan Prabowo-Hatta menang telak dengan perolehan suara sebesar 52,79 persen. sedangkan Joko-Kalla mendapatkan perolehan 37,71 persen suara. Responden yang tidak memberikan suara sebanyak 9,5 persen.
“Berdasarkan hasil survei terlihat bahwa elektabilitas Prabowo-Hatta lebih unggul dibandingkan Jokowi-JK di berbagai kalangan masyarakat. Jika pemilihan langsung dilaksanakan pada hari ini, Prabowo-Hatta menang,” ujar Direktur Eksekutif Vox Populi Survey Basynursyah dalam acara pemaparan hasil survey di Hotel Whiz Cikini, Jakarta Pusat, Jumat, (20/6).
Kata Basynursyah, berdasarkan hasil surveinya, masyarakat memiliki tiga kriteria besar yang paling utama dalam menentukan calon capres-cawapres.
“Ketegasan dalam memimpin, mampu mensejahterakan rakyat di bidang ekonomi, serta mampu memberantas korupsi. Itulah kriteria yang sangat diinginkan masyarakat,” ujar Basynursyah.
Ketiga kriteria itu, kata dia, dinilai oleh masyarakat ada pada pasangan Prabowo-Hatta. Karena kriteria itu elektabilitas Prabowo-Hatta cukup tinggi.
“Pasangan itu (Prabowo-Hatta) dinilai memiliki ketegasan, integritas, kejujuran, dan moral yang baik untuk memecahkan permasalahan-permasalahan bangsa. Seperti pengangguran, kesenjangan sosial, kedaulatan bangsa, nasionalisme yang pudar, serta ekonomi kapitalis yang menyengsarakan bangsa,” kata dia.
Sedangkan pada pasangan Joko-Kalla, telah terjadi penurunan elektabilitas. Terutama disebabkan oleh kegagalan Gubernur DKI Jakarta non-aktif itu dalam menyelesaikan permasalahan di Jakarta.
Kasus Korupsi
Menurut Basynursyah, semua pencitraan baik oleh media dalam mendukung Joko dipandang justru mengancam keterpilihannya karena kasus korupsi pengadaan bus Transjakarta. Kasus itu tengah diusut Kejaksaan Agung.
“Pencitraan positif berlebihan yang dilakukan oleh media massa seolah sirna dengan adanya kasus korupsi pengadaan armada TransJakarta yang menyeret-nyeret Jokowi,” ujar Basynursyah.
Survei ini dilakukan menggunakan metode multistage random sampling dengan margin of error sebesar +/- 1,8 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Survei dilakukan secara tatap muka melalui wawancara dan pengisian kuesioner. Sampel yang disurvei adalah masyarakat berusia 17 hingga 50 tahun yang berasal dari beragam profesi seperti wirausahawan, buruh, pekerja pertanian, pengangguran, serta pekerja keluarga.
Sementara, ditingkat masyarakat yang lulus SMP dan sederajat, pemilih Prabowo-Hatta mencapai 52,6 persen, sedangkan Jokowi-JK 38,2 persen. Sisanya tidak menjawab. Pada masyarakat yang lulus SMA dan sederajat, Prabowo Hatta dipilih sebanyak 59,5 persen dan Jokowi-JK 32,1 persen. Sebanyak 8,4 persen tidak menjawab. Ditingkat D-1 hingga S-3, sebanyak 61,4 persen memilih Prabowo-Hatta, sementara 29,6 persen memilih Jokowi-JK. Sisanya tidak menjawab.
Tingginya angka persentase yang diperoleh Prabowo-Hatta pada tingkat D-1 hingga S-3, kata Basynursyah, disebabkan para pemilih ini menginginkan sosok yang mampu memimpin di bidang ekonomi kerakyatan, disegani bangsa lain, berwibawa, sekaligus berani memberantas korupsi.
Sementara itu, Jokowi, lanjut dia, dianggap mempunyai keterkaitan dan bertanggung jawab dalam kasus korupsi transjakarta. Survei ini dilaksanakan pada tanggal 3-15 Juni 2014 dengan populasi warga Indonesia yang memiliki hak pilih dalam pemilihan umum.(ren/viva/fr/fap/kps/bhc/sya) |