JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad angkat bicara terkait tudingan yang dilontarkan media Australia, The Sidney Morning Herald, yang menganggap penanganan Covid-19 di Indonesia buruk dan dapat memicu munculnya pusat sebaran (hotspot) Covid-19 yang baru.
Di hadapan para wartawan, Selasa (23/6), Dasco berharap Pemerintah fokus bekerja dan tidak ambil pusing terhadap kritik-kritik yang disampaikan media asing. "Kita anggap sebagai kritik membangun, sebagai vitamin untuk kita, sebagai penyemangat bagi Pemerintah Indonesia, untuk lebih bersemangat dalam meningkatkan kinerja," harapnya.
Semangat tersebut, lanjutnya, harus ditingkatkan menjadi prestasi. Untuk itu, Koordinator Satuan Tugas (Satgas) Lawan Covid-19 DPR RI ini mengajak masyarakat Indonesia untuk membuktikan diri dengan prestasi-prestasi sehingga mampu menangani pandemi Covid-19 dengan baik.
Dasco juga menegaskan, sejak dulu media Australia sudah seringkali mengkritik kebijakan Pemerintah Indonesia. "Sejak kapan media Australia memuji-muji pemerintah Indonesia? Dari dulu media Australia selalu mengkritisi pemerintah Indonesia," tandas politisi Partai Gerindra ini.
Diketahui, media Australia, The Sydney Morning Herald pada tanggal 19 Juni 2020 memuat berita dengan judul The world's next coronavirus hotspot is emerging next door. Dalam berita tersebut ditulis 'Sebagian besar negara-negara Asia Tenggara telah berhasil meratakan tingkat infeksi coronavirus mereka, tetapi Indonesia kalah dalam pertarungannya dengan Covid-19'.
Sebuah artikel yang dimuat di situs berita The Sydney Morning Herald menyebutkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk menjadi hotspot baru Covid-19.
Artikel berjudul 'The world's next coronavirus hotspot is emerging next door' tersebut menjabarkan beberapa bukti tertinggalnya Indonesia dari negara-negara lain di Asia Tenggara dalam memerangi Covid-19.
Tertulis bahwa mengutip situs Worldometer, Indonesia berada pada peringkat 163 dengan jumlah tes sebanyak 2.123 per 1 juta penduduk.
Penulis membandingkannya dengan Rusia yang berada pada peringkat 18, dengan 107.445 tes per 1 juta penduduk.
Sementara itu, AS berada pada peringkat 27 dengan 80.750 tes per 1 juta penduduk.
India lebih baik dari Indonesia.
Negara di Asia Selatan tersebut menempati peringkat 138 dengan 4.530 tes per 1 juta penduduk.
Penulis juga menyebutkan bahwa Indonesia terlalu cepat membuka gerbang perekonomian terutama dari sektor pariwisata.
Tanggapan Ahli
Pakar Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Dr Pandu Riono., MPH., Ph.D, menyebutkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sudah mendekati hotspot baru.
"Memang sudah seperti hotspot sekarang," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (24/6).
Menurut Pandu, tak ada yang salah dengan artikel yang dimuat di The Sydney Morning Herald.
Evaluasi penulis disebut komprehensif karena melihat keseriusan Indonesia dalam menangani pandemi, melaksanakan PSBB.
"Ini kekhawatiran negara tetangga, jangan dianggap menjelek-jelekkan Indonesia.
Justru jadi suatu dorongan untuk Indonesia menangani Covid-19 dengan lebih baik," tuturnya.
Pandu menyebutkan beberapa alasan Indonesia berpotensi menjadi hotspot baru virus corona yang menurutnya masuk akal.
"Pertama, angka kasus Covid-19 di Indonesia naik terus sementara negara lain mulai turun. Artinya, banyak daerah yang masih tinggi angka kasusnya," papar Pandu.
Kedua adalah jumlah testing yang masih sedikit.
Pandu menjelaskan, jumlah tes di Indonesia masih belum sebanding dengan jumlah penduduk.
"Testing kita kurang banyak. Kalau tidak ada testing, bukan berarti tidak ada kasus. Jika kita testing-nya tinggi dengan positivity rate rendah, mereka (media Australia dan seluruh dunia) baru akan menganggap Indonesia serius (dalam memerangi Covid-19)," tuturnya.
Pandu menyebutkan mayoritas tes di Indonesia masih merupakan tes antibodi (rapid test) yang banyak menghasilkan false negative atau negatif palsu.
"Testing-nya harus serius, semuanya harus pakai PCR. Tidak mudah memang. Masyarakat juga harus patuh terhadap protokol pencegahan Covid-19 dan PSBB," tuturnya.
Terakhir, menurut Pandu, Indonesia belum memiliki sistem komunikasi yang baik untuk penduduk dengan berbagai segmen.
"Saat ini belum ada komunikasi masif yang mengubah penduduk. Hal-hal sederhana jadi membuat orang ketakutan," tutupnya.
Sementara, data update per tanggal 23 Juni 2020 pukul 12.00 Wib, jumlah terpapar Covid-19 di Indonesia di 34 Provinsi atau 442 Kabupaten / Kota ada sebanyak 47.896 orang Positif, 19.241 orang Sembuh dan 2.535 orang Meninggal.
Sedangkan, Negara Indonesia ada di peringkat ke 29 yang terkonfirmasi positif dan berada di peringkat ke 22 untuk jumlah terbanyak Meninggal akibat Covid-19 dari seluruh dunia.(dbs/es/DPR/tribunnews/bh/sya) |