Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Opini Hukum    
Anies Baswedan
Statemen Ketum PSI Menggiring Anies Ke Istana
2021-12-24 13:04:25
 

Ilustrasi. #DariPendopo Anies Baswedan.(Foto: Istimewa)
 
Oleh: Dr. H. Tony Rosyid

RAMAI! STATEMEN Giring Ganesha saat pidato di depan Jokowi. Di hari ultah PSI ke-7 itu, Giring Ganesha bilang: Indonesia jangan dipimpin oleh pembohong pecatan Jokowi. Publik paham, yang disasar Giring adalah Anies Baswedan.

Sontak, semua pendukung Anies marah. Giring Ganesha balik diserang dan dikecam. Masif sekali. Tidak hanya para pendukung Anies, mereka yang berada di luar arena dukung mendukung pun ikut menyayangkan pernyataan Giring. Meminta agar Giring Ganesha sebagai politisi lebih memperhatikan kualitas. Statemen ketua mesti berkelas.

Memang, Statemen Giring Ganesha oleh banyak pihak dianggap tidak berkelas. Statemen seperti ini, mestinya tidak keluar dari seorang ketua umum partai. Bukan kelasnya. Kalau yang bicara kader tingkat kelurahan yang gak lulus SMP dan gak ngerti apa-apa, publik akan bisa memakluminya. Tapi, jika itu dinyatakan oleh plt ketua umum partai, memang terkesan sangat tidak berkelas. Kata sekretaris PPP DKI, "mungkin karena dia biasa nyanyi".

Kalau kita menggunakan standar kelas dan etika sosial dalam membaca Statemen Giring Ganesha, memang sangat memprihatinkan. Tapi, jika kita membaca pernyataan Giring Ganesha itu sebagai bagian dari strategi politik PSI, maka tak perlu ada yang dirisaukan.

Pernyataan Giring Ganesha semacam ini, itu sudah kesekian kali dari runutan banyak pernyataan dari para kader PSI. Jangan bicara data dan fakta, karena itu bukan sesuatu yang menjadi pertimbangan.

PSI memastikan posisinya sebagai oposisi Anies Baswedan. Kenapa tidak oposisi Jokowi? PSI tidak punya anggota DPR RI. Tidak punya anggota legislatif di pusat.

Selain ada faktor lain, yang tentu anda sudah pada tahu tentang "Man behind the gun".

Di sisi lain, PSI harus memiliki eksistensi yang tersosialisasi ke publik. Artinya, publik harus tahu kalau PSI itu masih ada. Ini taruhan untuk masa depan elektabilitas dan PSI itu sendiri sebagai partai yang ingin menjadi peserta pemilu 2024.

Strategi yang dipilih oleh PSI adalah menjadi oposisi Anies Baswedan. Maka, menyerang Anies ini gak ada hubungan dengan perasaan "like or dislike". Tapi, ini "mungkin" hanya soal strategi. Kalau ada keterlibatan perasaan, itu hanya efek sampingan.

Sepertinya, PSI tidak akan pernah berhenti menyerang Anies. Sebab, "mungkin" ini bagian dari pilihan strategi. Pertama, serangan kepada Anies ini dianggap efektif untuk menjaga dan menaikkan popularitas PSI. Kedua, boleh jadi serangan kepada Anies dijadikan strategi untuk membidik suara dari kelompok yang selama ini kurang suka terhadap Anies.

Saat ini, Anies sangat populer. Terutama posisinya sebagai Gubernur di Ibu kota dan calon presiden 2024. Maka, menyerang Anies akan mendapat tumpangan untuk ikut populer.

Jika anda ingin populer, jalan termudah dan paling cepat adalah menyerang orang yang sudah populer. Ini teori klasik yang masih terus berlaku hingga hari ini.

Sebagai partai yang memiliki 8 anggota DPRD di DKI, PSI punya legitimasi untuk mengkritisi Anies. Inilah peran controlling anggota legislatif. Kritik atau fitnah? Publik paham soal itu.

Kritik itu berbasis data. Kalau fitnah itu gak perlu, atau bahkan kontra data. Hanya itu bedanya.

Kenapa yang paling kritis justru ketua umum PSI dan kader di luar legislatif? Lagi-lagi, ini hanya soal "strategi branding".

Semakin besar reaksi terhadap pernyataan kader PSI, ini tandanya bahwa umpan mereka berhasil.

Giring Ganesha, juga kader PSI yang lain, hanya petugas partai. Mereka hanya menjalankan tugas sesuai dengan pilihan strategi yang mungkin mereka anggap efektif.

Pilihan strategi PSI, kalau memang benar, ini tidak hanya menguntungkan bagi PSI sebagai partai yang berupaya merangkak untuk bisa ikut berlaga di pemilu 2024, tapi juga menguntungkan bagi Anies. Semakin banyak yang "menyerang" dan "black campaign" Anies, maka semakin besar gelombang empati, simpati dan dukungan terhadap Anies.

Mendengar "Statemen Giring Ganesha" kemarin, saya menduga Anies akan senyum-senyum saja. Dan ini jadi kebiasaan Anies, selalu senyum setiap kali diserang dan dibully. Di balik senyum Anies, ada hikmah yang besar. Yaitu: Anies makin lapang jalannya menuju ke Istana.

Penulis adalah Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa.(tr/bh/sya)




 
   Berita Terkait > Anies Baswedan
 
  Anies Baswedan Dianugerahi Gelar Adat 'Tuan Penato Negarou' di Kabupaten Tubaba, Lampung
  Anies Baswedan vs Konglomerat Hitam
  Pak Anies Dicintai Rakyat, Apa Buktinya?
  Pak Anies Menang, Rakyat Senang
  Anies Hadir di Peresmian WHC NU, Warganet: Sejuk Lihat Pemimpin Berbaur dengan Ulama
 
ads1

  Berita Utama
Pemerintah Akui Kepengurusan Ikatan Notaris Indonesia Kubu Irfan Ardiansyah

Dasco Gerindra: Prabowo dan Megawati Tak Pernah Bermusuhan, Saya Saksinya

Pengadilan Tinggi Jakarta Menghukum Kembali Perusahaan Asuransi PT GEGII

Presidential Threshold Dihapus, Semua Parpol Berhak Usulkan Capres-Cawapres

 

ads2

  Berita Terkini
 
Pemuda Pancasila PAC dan Srikandi Sawah Besar Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran Mangga Dua Selatan

Sri Mulyani Beberkan Alasan Prabowo Ingin Pangkas Anggaran Kementerian hingga Rp 306 Triliun

PKS Dinilai Gagal Move On Buntut Minta Anies Tak Bentuk Parpol, Berkaca Pilkada Jakarta dan Depok

KPK Bawa 3 Koper Setelah Geledah Rumah Wantimpres Era Jokowi

Mardani: Anies atau Ganjar Tidak Mengajak Pendukungnya Menyerang Prabowo

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2