JAKARTA, Berita HUKUM - Kisah si Kancil yang mencuri timun, bisa jadi merupakan salah satu dongeng termasyhur masa kecil. Bahkan, dongeng ini juga dipopulerkan melalui lagu, “Si kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Ayo lekas dikurung, jangan diberi ampun.”
Lagu dan dongeng tadi, kerap digunakan masyarakat untuk mengajarkan budi pekerti. Namun, di balik kisah itu, ada kegelisahan yang disampaikan salah satu dari 25 peserta Teacher Supercamp, Bara Pattiraja yang merupakan guru SMA Suryamandala Nusa Tenggara Timur (NTT).
“Kalau kancil mencuri timun, apakah tandanya kita diajarkan nilai curang dari sang kancil? Tetapi kita tidak pernah diajak berdiskusi dengan guru ataupun orang tua kita lebih jauh,” katanya dalam acara Pembukaan Teacher Supercamp di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta pada Senin (2/11).
Bara menambahkan, dengan diskusi, kita bisa mentransfer nilai-nilai luhur yang patut diteladani. Menyampaikan mana yang boleh dan tidak boleh. “Bahwa biar bagaimanapun mencuri itu dilarang oleh agama. Atau apakah dengan cerita itu menggambarkan negeri kita menjadi sarang koruptor, yang pandai dan cerdik tetapi mencuri?” katanya.
Karena itu, ia merasa cerita pendek atau dongeng, bisa memberikan pengaruh positif, terutama dalam upaya pencegahan korupsi. Maka tak heran, kalau Bara mengaku senang sekali bisa terpilih sebagai salah satu peserta Teacher Supercamp yang digelar KPK.
“Saya jauh dari NTT. Semoga sepulang dari sini saya bisa membuat cerita yang baik untuk pencegahan antikorupsi ke remaja dan anak-anak,” katanya.
Dalam acara pembukaan itu, juga digelar seminar bertajuk “Membangun Generasi Jujur dan Berkarakter Melalui Literasi Antikorupsi” yang menghadirkan Wakil Ketua KPK Adnan Pandu Praja dan Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bidang Literasi Taufik Hanafi.
Dalam seminar Adnan berjanji KPK akan mengoptimalkan peran guru dalam penerapan pendidikan antikorupsi. Menurutnya, konten antikorupsi untuk segmen remaja belum memadai. “Karenanya kami mengembangkan sekaligus memperkaya media pembelajaran antikorupsi yang telah dimiliki dan mengoptimalkan peranan dalam penerapan pendidikan antikorupsi, terutama untuk kalangan para remaja,” katanya.
Adnan juga menambahkan pelibatan guru dalam pendidikan antikorupsi terutama untuk kalangan para remaja, merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi.
“KPK tentu tidak bisa bekerja sendirian. Pelibatan guru dalam penulisan literatur antikorupsi terutama untuk kalangan remaja merupakan salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam upaya pencegahan dan pemberantasan antikorupsi,” pungkas Adnan.(kpk/bh/sya)
|