Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Internasional    
ASEAN
Sengketa Wilayah Asteng Dorong AS Buka Pangkalan Militer
Wednesday 23 Nov 2011 22:03:51
 

Ilustrasi (Foto: Ist)
 
*Kehadiran pangkalan militer AS di Australia diduga untuk mengimbangi kekuatan militer Cina serta maraknya sengketa wilayah di Laut Cina Selatan

SIDNEY (BeritaHUKUM.com) – Rencana Amerika Serikat (AS) mengirim personel militer tambahan ke Australia pada beberapa tahun mendatang, menuai tanggapan beragam di kalangan pemimpin ASEAN yang khawatir akan meningkatnya kemungkinan konfrontasi militer.

Dalam jumpa pers usai KTT Asia Timur, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak mengatakan secara jelas sikapnya. Ia tidak secara tegas mendukung atau menentang kesepakatan antara Australia dan AS untuk menempatkan hingga 2.500 tentara AS di Australia dalam beberapa tahun mendatang. Yudhoyono hanya menyatakan bahwa ia percaya AS akan menjaga perdamaian di kawasan itu.

Namun, menurut Carl Thayer, analis Asia Tenggara pada Akademi Pertahanan Australia di Universitas New South Wales, meski beberapa pemimpin bersikap mendua—dalam arti tidak menolak tapi juga tidak menerima keberadaan personil militer tambahan Amerika di Australia—itu, tetapi umumnya pemimpin kawasan menyambut baik kabar tersebut.

“Secara perlahan negara-negara itu meningkatkan kemampuan, tapi mereka membutuhkan negara besar untuk menyeimbangkan satu sama lain. Jadi kehadiran Amerika memungkinkan mereka bernafas, berperan utama, karena Cina kini harus memperhitungkan fakta bahwa Amerika terlibat di kawasan itu,” kata Thayer seperti dikutip VOA News, Rabu (23/11).

Laut Cina Selatan adalah kepentingan strategis besar dalam lalu lintas perdagangan dunia. Cina, Filipina, Vietnam, Taiwan, Brunei Darussalam dan Malaysia mengklaim bagian-bagian wilayah itu. Cina mengklaim seluruh Laut Cina Selatan dan menyatakan sengketa apapun harus ditangani secara bilateral saja.

Namun, AS tidak memihak negara tertentu atas klaim itu. Tapi AS mendukung pendekatan multilateral guna menyelesaikan sengketa berdasarkan hukum maritim internasional dan Konvensi PBB tentang Hukum Kelautan.

Carl Thayer mengatakan, dari 18 negara yang menghadiri KTT Asia Timur di Bali, hanya Myanmar dan Kamboja yang tidak khawatir mengenai sengketa wilayah di Laut Cina Selatan dan hampir semua pemimpin ASEAN mendukung sikap Presiden AS Obama itu.(voa/sya)



 
   Berita Terkait > ASEAN
 
  Sanksi Paling Signifikan', ASEAN Resmi Gelar KTT Tanpa Perwakilan Myanmar
  PKS: Soal Myanmar, Perlu Ada Langkah Konkret Pemimpin ASEAN
  Kudeta Militer di Myanmar Coreng Citra Demokrasi ASEAN
  Menteri Mahfud MD Sebut 5 Hal Penting Menjaga Keamanan Bersama di ASEAN
  Presiden SBY Tawarkan Bantuan Kemanusiaan Ke PM Myanmar
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2