JAKARTA, Berita HUKUM - Mintarsih A. Latief menegaskan bahwa ia memang mundur dari pengurus pesero, namun tidak pernah melepas kepemilikan saham yang dimilikinya di PT Blue Bird Taxi, dimana Mintarsih memiliki sepertiga saham mayorias di CV Lestiani atau setara 15 % saham di PT Blue Bird Taxi. CV Lestiani diketahui memiliki 45 % saham di PT Blue Bird Taxi.
"Jadi dalam hal sudah dikatakan bahwa mundur sebagai pengurus pesero, dan diikuti oleh surat untuk dijadikan pesero komanditer. Sebenarnya kalau ini kita bertahan pada kesepakatan," kata Mintarsih kepada Wartawan, Selasa (10/12) usai sidang Kasus sengketa antar pemegang saham PT Blue Bird Taxi siang tadi digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat.
Mintarsih mengungkapkan bahwa dirinya samasekali tidak pernah dikonfirmasi hingga akhirnya sahamnya dihilangkan. Ibarat sulap, abrakadabra! Hilang.
"Harusnya diberitahukan, jangan akhirnya dimundurkan dan dalam dimundurkan itu tidak diberikan uang apapun dan dalam dimundurkan itu tidak dilibatkan, kan semua ahli setuju, ini harus dikonfirmasikan kembali, tapi kenapa tidak dikonfirmasikan, jadi siapa yang salah, lalu tiba-tiba saham hilang," ujar Mintarsih.
Perlu diketahui bahwa Mintarsih A. Latief, Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto adalah kongsi lama, ketika mendirikan CV Lestiani pada tahun 1971, dimana CV Lestiani adalah salah satu pemegang saham PT Blue Bird Taxi.
Kemudian pada tahun 2010, Chandra meninggal dan kepengurusan CV Lestiani diteruskan oleh Purnomo dan Mintarsih. Namun dalam perjalanannya, kongsi tersebut tak mampu lagi berjalan harmonis, dan Mintarsih minta pengadilan membubarkan CV Lestiani.
Sedangkan Hotman Paris Hutapea selaku kuasa hukum CV Lestiani dan Purnomo Prawiro mengatakan Mintarsih hanya iri saja. "Kan begini, Blue Bird ini semakin besar dan mau Initial Public Offering (IPO)," kata Hotman usai sidang.(bhc/mdb) |