SANAA (BeritaHUKUM.com) – Unjuk rasa menentang Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh kembali pecah di Sanaa. Peristiwa ini menyebabkan sedikitnya sembilan pengunjuk rasa tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Puluhan ribu orang melakukan unjuk rasa di pusat kota dan dihadapi pasukan keamanan dengan peluru tajam, gas air mata dan meriam air. Presiden Saleh menghadapi protes antipemerintah dalam delapan bulan terakhir.
Sejumlah saksi mata di Sanaa, seperti dikutip situs BBC, Sabru (15/10), menyebutkan bahwa para pengunjuk rasa menyerukan mundurnya presiden Saleh. Puluhan orang yang terluka diangkut dengan ambulans ke rumah sakit lapangan.
Presiden Saleh sejauh ini menolak seruan dari banyak negara Barat untuk mengundurkan diri, walaupun ia sempat menyatakan siap untuk lengser. Pada Sabtu (8/10) lalu, dalam pidato yang disiarkan televisi, Salah mengatakan, takkan meninggalkan kekuasaannya.
Presiden Saleh kembali ke Yaman pada September lalu dari Arab Saudi untuk menjalani pengobatan setelah cedera karena serangan Juni lalu. Selain protes jalanan, ia juga menghadapi perlawanan dari sejumlah unit-unit tentara.
Presiden Saleh berulang kali menolak perjanjian transisi yang ditengahi negara-negara Teluk. Perjanjian transisi yang pertama diajukan Maret lalu mencakup penyerahan kekuasaan kepada wakil presiden dengan imbalan kekebalan dari penuntutan.(bbc/sya)
|