JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Program pemberantasan korupsi yang dilaksanakan pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), hanya sebatas pencitraan belaka. Pasalnya, SBY tidak berani mendongkel sejumlah orang dalamnya yang melakukan praktik dugaan korupsi tersebut.
Hal ini terbukti, karena hingga kini Presiden SBY tidak akan berani menyingkirkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Keenganan itulah yang menyebabkan korupsi malah semakin menjadi dan melembaga.
“Program pemberantasan korupsi yang dicanangkan SBY sangat bagus. Tapi Presiden tidak sungguh-sungguh melaksanakannya, Malah, justru yang terjadi di lapangan malah sebaliknya,” kata Wakil Ketua DPD La Ode Ida dalam acara diskusi di Jakarta, Selasa (13/9).
Ida merasa yakin, SBY takkan menyingkirkan Anas dari Demokrat. Begitu pula dengan Muhaimin dari kursi Menakertrans. Pasalnya, dua itu pernah menjadi pucuk pimpinan organisasi besar pemuda. Anas pernah menjabat Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Sedangkan Muhaimin pernah jadi Ketua Umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Dua organisasi ini, lanjut Ida, memiliki massa yang cukup banyak. Belum lagi para senior yang sudah bercokol lama, baik di dunia politik maupun memiliki jabatan penting di berbagai instansi. Jika SBY bersikap tegas sebagai seorang pemimpin yang ingin memberantas korupsi, keduanya harus dicopot dari ketua umum Demokrat dan menakertrans.
“Kalau para pembantunya dibiarkan untuk tetap korup, mau jadi apa nanti. Tapi SBY takkan berani menyingkirkan keduanya, karena khawatir aka nada sebuah Revolusi untuk mendongkel SBY," tandas Ida.
La Ode sendiri berpendapat perlu kesadaran dari SBY untuk merubah kondisi dan budaya korupsi di Tanah Air menjadi sesuatu yang real. "Kalau tidak ada kesadaran dari SBY untuk melakukan revolusi terhadap dirinya sendiri, tidak akan berubah," ujar La Ode.
Senada dengannya, politisi Zulfan Lindan mengatakan, pencitraan dalam pemberantasan korupsi merupakan tanda perilaku yang tidak ikhlas. "Orang-orang yang melakukan pencitraan itu adalah orang-orang yang tidak ikhlas," katanya.
Di sisi lain, aktor senior Ray Sahetapy menganggap, situasi saat ini layaknya sebuah sandiwara Politik. Kerugian yang akan tercipta, karena arah skenario dan penulisnya tidak jelas. "Ruang-ruang pencitraan dalam sandiwara politik dapat merugikan dikemudian hari," ujar aktor tersebut. (mic/rob)
|