JAKARTA, Berita HUKUM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah signifikan pada akhir perdagangan Senin (15/12), dan menyentuh level terendah sejak Juni 1998.
Berdasarkan data Bloomberg Dollar Index, rupiah terdepresiasi 1,98% ke Rp12.714/US$ pada pukul 15.59 WIB. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp12.550-Rp12.714/US$.
"Pelemahan rupiah seiring dengan mata uang lainnya. Koreksi mata uang domestik itu dapat menyentuh level Rp13.000 per dolar AS dalam jangka pendek ini," ujar Associate Derector Head of Research and Institutional Business PT Trimegah Securities Tbk, Sebastian Tobing di Jakarta, Senin.
Kendati demikian, menurut Sebastian Tobing, pelemahan rupiah hanya dalam jangka pendek, untuk jangka panjang mata uang rupiah dapat kembali ke level Rp11.800-Rp12.150 per dolar AS terjadi karena optimisme di tahun depan terkait dengan pembangunan infrastruktur di dalam negeri.
"Indonesia masih dalam on the right track dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada 2015 nanti, terlihat ada usaha dari pemerintah untuk membangun infrastruktur, itu yang akan menopang perekonomian domestik," katanya.
Menurut Sebastian, bergeraknya pembangunan infrastruktur di dalam negeri akan mendorong penerbitan surat utang atau obligasi. Perusahaan sektor konstruksi dan infrastruktur akan marak menerbitkan obligasi untuk meraih pendanaan.
"Kondisi itu dapat mengundang investasi asing masuk kembali dan menopang mata uang domestik," katanya.
Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa koreksi yang dialami oleh mata uang rupiah merupakan efek dari keluarnya sebagian investasi asing dari aset-aset Indonesia.
"Daya tarik aset keuangan domestik menyusut tajam karena prospek kenaikan suku bunga di Amerika Serikat cukup kuat," kata Ariston.(fitri/Antara/bisnis/bhc/sya)
|