JAKARTA, Berita HUKUM - Pandapotan Manurung, warga Jl. Pancawardi RT 05/11, Kelurahan Kayuputih, Kecamatan Pulogadung pada Senin (22/4) melaporkan seorang dokter Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan ke Mapolda Metro Jaya atas dugaan tindakan malpraktik terhadap tindakan yang telah menyebabkan kematian terhadap istrinya Anna Marlina.
Terkait dengan hal itu, pihak Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Persahabatan pun membantah telah melakukan tindakan malapraktik terhadap pasien Anna Marlina (38) yang diduga dilakukan oleh salah satu dokter ahli bedah di RS tersebut. Pihak rumah sakit menyatakan bahwa penanganan medis pasien Anna sudah dilakukan sesuai prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.
Bantahan tersebut disampaikan oleh Direktur Utama RSUP Persahabatan, Dr Mohammad Syahril saat menyampaikan keterangan persnya di RSUP Persahabatan, Jakarta Timur, Kamis (25/4).
Menurutnya, pihak RSUP Persahabatan telah melakukan audit yang melibatkan kolegium ahli bedah tumor dan mengkaji apakah ada kesalahan prosedur dalam penanganan pasien tersebut. Hasilnya, lanjut Syahril, tidak ditemukan adanya penyimpangan Standar Operasional Prosedur (SOP).
Ia menjelaskan, pada 19 Februari 2013, telah dilakukan pemeriksaan awal terhadap keluhan penyakit Anna. Dokter spesialis bedah dan Onkologi, BHS, telah menjelaskan diagnosis awal penyakit pasien, yaitu struma multinodosa atau tumor dengan banyak benjolan yang dicurigai ganas, yang penanganannya harus dilakukan operasi.
Saat itu, ujar Syahril, dokter juga memberikan opsi kepada keluarga pasien mengenai tindakan medis yang akan diambil. Terdapat dua opsi yang ditawarkan, pertama operasi satu tahap dengan mengangkat benjolan seluruhnya. Opsi kedua, mengambil tumor sebagai sampel untuk kemudian diperiksa di laboratorium dan diangkat seluruhnya jika terbukti tumor ganas.
“Untuk mengetahui jenis tumor tersebut harus dilakukan operasi. Akhirnya pasien dianjurkan melakukan operasi pengambilan tumor dan memilih opsi pertama. Itu semua sudah persetujuan dan keinginan pasien. Operasinya juga dilakukan secara terencana,” tutur Syahril, seperti yang live di global Tv.
Menurutnya, operasi kedua dilakukan lantaran adanya pembengkakan di leher pasien yang diduga ada pendarahan (bekuan darah). Syahril mengaku setelah adanya operasi pertama ditemukan kebocoran pada saluran makanan (esofagus) yang diduga karena proses keganasan tumor tersebut. “Adanya pembengkakan atau kebocoran tersebut bukan karena kesalahan operasi, tapi karena keganasan tumor tersebut,” tegasnya.
Menanggapi bantahan pihak rumah sakit, kuasa hukum keluarga korban, Yasher Panjaitan, mengatakan hal tersebut tidak menghentikan proses hukum yang telah mereka lakukan.
Kasus ini telah dilaporkan kasus dengan nomor laporan polisi LP/1316/IV/2013/PMJ/Dit Reskrimum 22 April 2013.(bhc/opn) |