JAKARTA. (BeritaHUKUM.com) - Indonesia dalam bayang-bayang krisis air bersih. Meski potensi air tawar di Indonesia masih cukup tinggi, namun belum semua masyarakat dapat mengakses air bersih. Jika tidak segera ditangani, ke depan Indonesia kesulitan mendapatkan air bersih.
"Tingginya kebutuhan air bersih, diperkirakan pada 2025 Jakarta akan mengalami defisit 23.720 liter air per detik. Masalah tersebut harus segera dicarikan solusinya," kata Ketua Umum Indonesia Water Institute, Firdaus Ali saat berbicara dalam talkshow 'Ngopi Sore Bareng Sinar Harapan bertajuk Ketersediaan Air dan Ketahanan Pangan', Kamis (22/3), di Jakarta.
Dosen Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Indonesia ini, menyayangkan kebutuhan air nasional yang terfokus di pulau Jawa karena 65 persen penduduk Indonesia bermukim di pulau ini. Meski begitu, saat ini baru 66 persen kebutuhan air yang terpenuhi, yakni mencapai 38,4 miliar per meter kubik.
Talkshow memperingati Hari Air Sedunia (22/3) ini, juga menghadirkan pembicara Vice President Director PT PAM Lyonnaise Jaya Herawati Prasetyo, Dirut Perum Perhutani Bambang Sukmananto, dan Alfred perwakilan dari USAID.
Firdaus menegaskan, pemerintah harus segera mencari sumber-sumber air baru di Jakarta. Ini karena, ketersediaan sumber air di Jakarta saat ini hanya mampu memasok 2,2 persen dari kebutuhan air bersih warganya. Jika melihat kota lain di luar negeri, seperi Kuala Lumpur, Malaysia, pemerintahnya telah mampu menyediakan cadangan air baku hampir 99 persen.
Pihak Palyja juga meminta pemerintah harus segera mungkin mencari sumber-sumber air baru, khususnya dari dalam Jakarta. Selama ini kebutuhan air di Jakarta sebanyak 95 persen diambil dari luar DKI Jakarta.
"Sumber air bersih bagi warga Jakarta dari 1998 sampai saat ini masih sama, namun kebutuhan air bersih setiap tahun selalu meningkat," kata Vice President Director PT PAM Lyonnaise Jaya, Herawati Prasetyo.
Dirut Perum Perhutani, Bambang Sukmananto menambahkan diperkirakan pada 2025 sebanyak 3,5 miliar manusia di bumi mengalami defisit air. Sebanyak 2,5 miliar manusia hidup tanpa sanitasi yang layak.
Perhutani yang mengelola 2,4 juta hektare hutan produksi dan lindung di Jawa dan Madura, memiliki 772 titik sumber mata air dengan debit tinggi, serta 327 titik air terjun multifungsi di kawasan hutan. (bhc/boy)
|