YAMAN, Berita HUKUM - Presiden dan Perdana Menteri Yaman mengundurkan diri di tengah-tengah berlanjutnya konflik antara pemerintah dan kelompok pemberontak Houthi. Namun parlemen Yaman dilaporkan menolak pengunduran diri Presiden Abdrabbuh Mansour Hadi.
Sementara itu, lewat pernyataan pengunduran diri pemerintah, Perdana Menteri Khaled Baha mengatakan para menteri tidak bersedia ditarik ke dalam 'kebingungan politik yang tidak konstruktif'.
Kelompok Houthi yang beraliran Syiah itu sudah menguasai ibukota Sanaa dan masih tetap menyandera kepala staf kepresidenan yang mereka culik pekan lalu.
Sebelumnya muncul berita tentang kesepakatan gencatan senjata, Rabu (21/1), dengan imbalan mereka akan mendapat perwakilan yang lebih banyak di pemerintah namun mundur dari istana maupun rumah Presiden Hadi.
Namun di lapangan, kelompok Houthi -yang masuk ke Sanaa pada bulan September tahun lalu- masih belum mundur dari posisi-posisinya.
Dalam pekan ini, berlangsung tembak menembak antara pasukan pemerintah dengan para pendukung Houthi di Sanaa.
Hari Senin (19/1), kelompok Houthi melepas tembakan ke iring-iringan Baha, yang kemudian berlindung ke istana presiden.
Kemudian hari Rabu (21/1), rumah Presiden Mansour Hadi yang ditembaki sehingga merusak gencatan senjata yang sempat disepakati.
Houthi melancarkan perjuangannya sejak tahun 2004 untuk mendapat otonomi yang lebih luas di Provinsi Saada.
Pemerintah Yaman merupakan salah sekutu penting Amerika Serikat dalam perang melawan al-Qaeda di kawasan.
Sementara, Pemberontak efektif mengendalikan ibukota Sanaa, beberapa kota lain dan lembaga-lembaga negara, tapi surat perintah mereka tidak mencakup wilayah yang luas dari negara yang didominasi Sunni, di mana gangguan-gangguan baru-baru ini telah mengipasi kekhawatiran konflik sektarian. Houthi juga bisa menghadapi sanksi dari masyarakat internasional, yang sangat didukung Hadi.(BBC/abc7chicago/bhc/sya) |