Virus Corona Presiden Trump Minta Vaksinasi Covid-19 untuk Pejabat Gedung Putih Ditunda 2020-12-15 12:24:29
AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump membatalkan rencana pemberian vaksin virus corona kepada pejabat Gedung Putih dalam beberapa hari mendatang.
Para pejabat sebelumnya mengatakan anggota senior pemerintahan Trump akan menjadi orang pertama yang diberi suntikan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan BioNTech.
Namun Trump mengatakan dia telah meminta diadakan "penyesuaian" terhadap rencana tersebut.
Keputusan ini diambil ketika pemerintah Amerika sudah memulai program vaksinasi, dengan mendistribusikan dosis vaksin ke puluhan lokasi.
AS telah menyetujui vaksin untuk penggunaan darurat dan akan mulai meluncurkannya pada hari Senin (14/12).
Vaksin ini menawarkan perlindungan hingga 95% terhadap Covid-19.
Tiga juta dosis pertama vaksin akan didistribusikan ke sejumlah lokasi di 50 negara bagian di seluruh AS.
Vaksin itu dikirim dari fasilitas di Michigan pada hari Minggu (13/12). Petugas kesehatan dan lansia akan menjadi kelompok prioritas penerima vaksin.
Kematian akibat virus corona telah meningkat tajam sejak November dengan rekor kasus kematian per hari mencapai 3.309 pada hari Sabtu.
Peluncuran vaksin telah dilihat sebagai titik balik dalam penanganan pandemi virus corona, yang telah merenggut nyawa hampir 300.000 orang di AS.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengatakan otorisasi penggunaan darurat vaksin, yang diumumkan pada hari Jumat (11/12), adalah "tonggak penting" dalam penanggulangan pandemi, setelah mendapat tekanan kuat dari pemerintahan Trump untuk menyetujui vaksin itu.
Dosis vaksin yang sama sudah diberikan di Inggris. Vaksin Pfizer telah disetujui pula untuk dipakai di Kanada, Bahrain dan Arab Saudi.
Dimulainya vaksinasi di AS bersamaan dengan rencana Electoral College - sistem yang memilih presiden AS - untuk mengumumkan kemenangan Joe Biden pada hari Senin.
Para pejabat mengatakan kepada beberapa media pada hari Minggu (13/12) bahwa sejumlah vaksin pertama akan disisihkan bagi mereka yang bekerja di dekat Trump.
Rencana vaksinasi, yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times, yang pertama kali dilaporkan oleh New York Times, dikonfirmasi oleh juru bicara Dewan Keamanan Nasional (NSC) John Ullyot.
SUMBER GAMBAR,EPA/BIONTECH
Keterangan gambar,
Pfizer telah mengajukan otorisasi darurat untuk penggunaan vaksinnya di AS.
Salah satu tujuan dari program tersebut adalah untuk membangun kepercayaan publik terhadap vaksin tersebut, katanya.
"Rakyat Amerika harus yakin bahwa mereka menerima vaksin yang aman dan efektif yang sama seperti yang diterima oleh pejabat senior pemerintah Amerika Serikat sebagaimana saran dari para profesional kesehatan masyarakat dan kepemimpinan keamanan nasional," kata Ullyot.
Namun, pada hari Minggu (13/12), Trump mengatakan bahwa para pejabat tinggi sekarang harus menunggu lebih lama.
"Saya telah meminta agar penyesuaian ini dilakukan."
Belum jelas apa pengaruh tweet Trump terhadap upaya pemerintah untuk melindungi pejabat tinggi, kata kantor berita AP.
Presiden AS, yang tertular virus corona pada Oktober dan pulih setelah perawatan di rumah sakit, mengatakan dia belum dijadwalkan untuk menerima vaksin tetapi berharap untuk melakukannya "pada waktu yang tepat".
Dia sebelumnya mengeklaim "kebal" Covid-19, meskipun para ahli medis mengatakan belum jelas apakah orang yang telah pulih dari Covid-19 terlindungi dari infeksi kedua, dan jika demikian, berapa lama perlindungan ini bisa bertahan.
Telah terjadi penularan Covid-19 di Gedung Putih, dengan beberapa staf senior dan pejabat dinyatakan positif mengidap penyakit tersebut.
Yang terbaru adalah pengacara pribadi Trump, Rudy Giuliani, yang pekan lalu mengungkapkan bahwa dia dirawat dengan kombinasi obat yang sama dengan presiden.
Target vaksinasi Biden
Presiden AS terpilih, Joe Biden, sebelumnya menetapkan target 100 juta vaksinasi Covid-19 dalam 100 hari pertamanya menjabat sebagai presiden.
Ia menjanjikan hal itu saat memperkenalkan tim kesehatannya pada Selasa (8/12).
Ia juga mendesak orang Amerika untuk "mengenakan masker selama 100 hari".
SUMBER GAMBAR,REUTERS
Keterangan gambar,
Joe Biden memperkenalkan tim kesehatan barunya di Delaware pada hari Selasa (08/12).
Di hari yang sama, regulator AS mengkonfirmasi vaksin buatan Pfizer/BioNTech 95% efektif, membuka jalan untuk disetujui bagi penggunaan darurat.
Sementara, Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif untuk memastikan warga Amerika Serikat mendapatkan prioritas menerima vaksin Covid-19 yang dikembangkan di negara tersebut.
Belum diketahui bagaimana keputusan ini diterapkan, karena perusahaan farmasi sudah menandatangani perjanjian menyediakan vaksin untuk negara-negara lain.
Trump sebelumnya mengatakan, ia berharap pihak berwenang akan menyetujui penggunaan vaksin segera. Ia juga mengatakan, badan-badan pemerintah siap untuk membagikan vaksin secara massal.
SUMBER GAMBAR,REUTERS
Keterangan gambar,
Seorang perempuan mengenakan masker dan penutup di Beverly Hills, California, AS, 20 November 2020.
Apa yang dikatakan Biden?
Presiden terpilih Joe Biden menghadiri konferensi pers di Delaware pada Selasa (08/12), di mana ia memperkenalkan Jaksa Agung California, Xavier Becerra, sebagai nominasi untuk menteri kesehatan dan Rochelle Walensky sebagai kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).
Dia menyatakan hari-hari pertamanya adalah "100 hari kita bisa mengubah haluan penyakit dan mengubah hidup di Amerika menjadi lebih baik".
Akan tetapi, dia memperingatkan bahwa penanganan virus corona bisa menjadi "lambat dan terhambat" jika Kongres tidak menyelesaikan pembahasan tentang dana bantuan dan segera menyetujui dana bantuan tersebut.
Di sisi lain, membuka kembali sekolah bagi anak-anak akan menjadi prioritas, katanya.
Biden memberikan sedikit rincian tentang bagaimana program vaksinasi terbesar dalam sejarah AS akan dilakukan.
Sepekan sebelumnya, ia mengeluh bahwa dirinya tidak diberi tahu rencana pemberian vaksinasi oleh pemerintahan Trump.
Di antara tim kesehatan Biden, adalah Dr Anthony Fauci, sebagai kepala penasihat medis Covid-19.
Pakar penyakit menular itu juga menjadi penasihat tim Trump - dan sering kali menyalahkan pandangan Trump terkait Covid-19.
SUMBER GAMBAR,REUTERS
Keterangan gambar,
Biden memilih pakar penyakit menular Dr Anthony Fauci sebagai kepala penasihat medis Covid-19.
Apa yang terjadi di Gedung Putih?
Trump menandatangani perintah eksekutif yang bertujuan untuk memastikan bahwa orang Amerika mendapat prioritas pertama dalam menerima vaksin - sebuah langkah yang tampaknya mengikuti kebijakan America First yang sudah lama berlaku.
Trump mengatakan, "Setiap orang Amerika yang menginginkan vaksin akan bisa mendapatkan vaksin dan kami pikir pada musim semi kami akan berada dalam posisi, yang tidak akan dipercaya oleh siapa pun beberapa bulan yang lalu."
Pemerintahan Trump berharap untuk melakukan vaksinasi sebanyak 24 juta orang pada pertengahan Januari 2021.
Akan tetapi, belum diketahui bagaimana perintah eksekutif ini diterapkan, karena perusahaan farmasi sudah menandatangani perjanjian menyediakan vaksin untuk negara-negara lain.
Pemerintahan Trump memang mendaftar untuk 100 juta dosis awal vaksin Pfizer/BioNTech, tetapi seorang pejabat Pfizer mengatakan kesempatan untuk membeli vaksin lebih banyak ditolak beberapa kali oleh administrasi Trump dan lebih dari 100 juta vaksin mungkin tidak tersedia hingga Juni 2021.
Adapun, Inggris pada hari Selasa (08/12) telah memulai pemberian vaksin pertama di dunia.
Apa yang terbaru tentang vaksinasi di AS?
Regulator AS pada hari Selasa mengkonfirmasi vaksin buatan Pfizer/BioNTech 95% efektif, membuka jalan untuk disetujui untuk penggunaan darurat.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) tidak menemukan masalah keamanan untuk menghentikan persetujuan vaksin dan bertemu pada hari Kamis (10/12) untuk membuat keputusan resmi.
Regulator AS pada hari Selasa mengkonfirmasi vaksin buata Pfizer/BioNTech 95% efektif, membuka jalan untuk disetujui untuk penggunaan darurat.
Meskipun dua dosis diperlukan untuk memberikan perlindungan penuh, suntikan pertama mencegah 89% kasus yang paling parah.
Beberapa efek samping seperti kemerahan atau bengkak di tempat suntikan, kelelahan jangka pendek, sakit kepala dan nyeri otot dilaporkan tetapi dianggap ringan.
Sementara, perusahaan bioteknologi AS, Moderna, telah melaporkan keberhasilan serupa dengan vaksinnya dan juga diharapkan mendapatkan persetujuan FDA sebelum Natal.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com