JAKARTA,Berita HUKUM - Perang Suriah ini perang politik atau perang antarmazhab. Mengapa Assad yang selama ini anti Israel kini diperangi oleh mereka yang juga anti Israel dan menginginkan kemerdekaan Palestina?.
Siapa sebenarnya musuh umat Islam, Assad atau Israel,atau keduanya ?
Launching dan bedah buku karya Dina Y Sulaeman Prahara Suriah, Membongkar Persekongkolan Multinasional ini dibedah, sekaligus diskusi di Universitas Paramadina,Jakarta,Rabu (3/06).
Sebagai narasumber dalam diskusi tersebut, Penulis sendiri;Dina Y Sulaeman, Abdul Hadi WM (menggantikan Dr Joserizal Jurnalis,yang berhalangan hadir), Very Aziz,LC,M.Si (Pakar Hub Internasional Univ.Paramadina),Agus Nizami (pengelola web medial-Islam.or.id).
Prahara yang melanda Suriah awalnya tak lepas dari isu demokratisasi dunia Arab. Media massa Barat dan nasional memotret bahwa dunia Arab ttengah bangkit menjadikan demokasi sebagai sikap hidup mereka. Namun, seperti apakah demokrasi yang telah ditegakan melalui konflik selama ini?.
Berawal dari kejatuhan pemerintahan Sadam Hussein yang digambarkan pers Barat sebagai keberhasilan para pejuang demokrasi menumbangkan diktaktor Arab. Namun setelah berlalu 10 tahun, kehidupan rakyat Irak masih terus dibelit konflik internal, sementara Amerika Serikat dan sekutu-kutunya yang sebelumnya menyatakan membantu demokratisasi Irak, terbukti memiliki agenda untuk mengeruk kekayaan alam negeri Seribu Satu Malam itu. Sampak detik ini, rakyat Irak mengalami berbagai ancaman yang muncul dari perseteruan antara etnis dan sekte atau mazhab. Hampir setiap hari berita horo kita dengar dari negeri yang sebelumnya lebih aman.
Begitu pun yang terjadi di Libya. Barat melakukan intervensi militer dengan alasan membantu rakyat Libya untuk menggulingkan Qaddafi yang diktaktor dan menegakan demokrasi. Namun lagi-lagi terbukti adanya hidden agenda, barat dalam hal ini. Pemerintahan yang baru terbentuk di Libya malah menyerahkan kontrak-kontrak migas kepada perusahaan Barat. Libya yang semula tak punya utang akhirnya terjerat utang pada lembaga-lembaga finansial Barat. Negara dengan cadangan migas terkaya dan tingkat kemakmuran tertinggi di Afrika itu kini tak lebih dari Negara yang porak-poranda dann diperbudak Barat.
Skenario serupa tengah terulang di Suriah. Para pembrontak Libya (yang tadinya ‘berjuang’di Libya) berbondong-bondong ke Suriah, begitu pula pasukan dan dan tentara bayaran dari berbagai Negara asing dating ke Suriah untuk menggulingkan Assad. Namun, berbeda dengan kasus Irak dan Libya, kali ini ‘perjuangan’mereka justru mendapat dukungan luas dari para ulama Muslim dan mendapat label ‘jihad’. Hal ini membuat sebagian rakyat Indonesia terpantik emosinya, dan ikut menyumbang dana, bahkan ikut berangkat jihad ke Suriah. Sungguh berbeda dengan perjuangan membela Pakistan selama ini. Upaya maksimal Indonesia selama ini terkait Palestina hanyalah diplomasi dan penggalangan dana. Tapi mengapa untuk Suriah, semnagat jihad sebagian kelompok Islam malah sangat menyala-nyala.
Buku karya Dina Y Sulaeman yang berjudul ‘Prahara Suriah’kiranya bisa memberikan jawaban dari pertanyaan ini, sekaligus menjadi penyeimbang pemberitaan tentang Suriah. Sebagaimana dikatakan Farid Gaban, jurnalis yang pernah meliput Perang Bosnia, buku ini memberikan jawabatn atas berbagai pertanyaan, benarkan konflik Suriah sesederhana konflik pemerintah Assad versus oposisi ??. Tirani versus demokrasi ? Suni versus Syiah ? Siapa saja pemain asing yang terlibat ?
Buku ini memetakan konflik Suriah lebih jelas dan rinci, serta membongkar propaganda sesat media mainstream (baik di Barat, Dunia Arab, maupun Indonesia) dalam menyajikan ‘fakta’tentang Suriah.
Pemahaman kita tentang konflik Suriah sangat penting karena konflik serupa sangat berpotensi terjadi pula di Indonesia, apalagi kini kita melihat besarnya atensi dan emosi, yang disertai militansi sebagaian kaum muslimin. Apalagi, bangsa Indonesia juga sering diramaikan oleh isu intoleransi agama dan sektarianisme.
Kejelian bangsa ini dalam mengamati konflik dan mampu memutuskan dengan benar kemana mesti berpihak, yaitu kepada kepentingan kesatuan dan keutuhan bangsa, adalah syarat penting bagi keselamatan bangsa ini. (bhc/rat)
|