JAKARTA, Berita HUKUM - Daya saing Indonesia tahun ini merosot akibat beberapa masalah mendasar, seperti kasus korupsi dan penyuapan, Laporan Forum Ekonomi Dunia (WEF) soal daya saing global tahun 2012 - 2013, yang dirilis kemarin, mengungkapkan posisi Indonesia yang turun empat peringkat menjadi ke - 50 dibanding tahun lalu.
Peringkat Indonesia jauh di bawah Malaysia, yang berada pada ranking ke - 25, Thailand di peringkat ke - 38, dan Singapura di peringkat kedua. Meski demikian, peringkat Indonesia masih di atas Filipina dan Vietnam.
Laporan WEF itu juga menggarisbawahi masalah perilaku tidak etis sektor swasta, hambatan birokrasi, minimnya belanja pemerintah, serta infrastruktur yang belum berkembang.
Meski demikian, organisasi yang berbasis di Swiss ini menilai situasi makroekonomi Indonesia cukup stabil karena ditopang kinerja fundamental. Menurut WEF, perbaikan mulai dilakukan Indonesia meskipun masih lambat.
Kepala Ekonom Danareksa Institute, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan kelemahan Indonesia masih berkutat di masalah birokrasi, korupsi, dan infrastruktur. "Itu pekerjaan rumah yang tak rampung - rampung", ujar Purbaya ketika dihubungi Tempo kemarin.
Menurut dia, peringkat daya saing Indonesia sempat membaik pada 2009 namun kembali anjlok pada tahun - tahun berikutnya.
Dia menjelaskan, upaya perbaikan sudah dilakukan pemerintah. Komisi Pemberantasan Korupsi serta Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan juga dibentuk untuk mengatasi korupsi dan penyuapan. "Tapi implementasinya belum tegas sehingga menjadi faktor yang melemahkan penilaian", kata dia.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi mengatakan hasil survei WEF bisa mengancam upaya pemerintah untuk meningkatkan investasi asing langsung. "Hasil survei ini mengecewakan,"ujar Sofjan kepada Tempo kemarin.
Menurut dia, investor asing kerap menggunakan hasil survei WEF sebagai acuan. Jika hasil survei buruk, investor bisa batal berinvestasi di Indonesia. "Mungkin investor akan lebih memilih Malaysia."
Sofjan meminta pemerintah tanggap memperbaiki kekurangan-kekurangan yang dijabarkan WEF.
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana tak heran melihat hasil survei WEF. "Saya enggak heran", ujar Armida saat ditemui di gedung MPR/DPR kemarin.
Menurut dia, daftar kekurangan Indonesia yang dijabarkan WEF ada benarnya. Namun ketidakmampuan Indonesia memenuhinya disebabkan oleh meningkatnya jumlah kelompok masyarakat kelas menengah.
Kenaikan jumlah masyarakat kelas menengah membuat permintaan meningkat signifikan. Di sisi lain, pembangunan infrastruktur dan fasilitas umum tak bisa mengimbangi.(kpk/bhc/rby) |