Hong Kong Pengunjuk Rasa dan Polisi Hong Kong terlibat Bentrokan di Sejumlah Lokasi 2019-08-12 07:52:15
Polisi menembakkan gas air mata di pusat kota Hong Kong pada Minggu (11/08) malam.(Foto: GETTY IMAGES)
HONG KONG, Berita HUKUM - Kepolisian Hong Kong kembali bentrok dengan pengunjuk rasa pro-demokrasi dalam aksi kucing-kucingan di sejumlah lokasi.
Di Distrik Wan Chai, terjadi aksi melempar bom molotov, ketika polisi melepaskan tembakan gas air mata secara bertubi-tubi.
Sejumlah orang, termasuk polisi, terluka dalam bentrokan tersebut.
Polisi juga terekam menembakkan peluru karet dalam jarak dekat di stasiun kereta bawah tanah, sementara aparat lain terlihat memukuli pendemo dengan pegangan eskalator.
Demonstrasi berkepanjangan yang dipicu oleh RUU ekstradisi yang kontroversial tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, dengan kedua belah pihak mengukuhkan sikap mereka.
Meskipun pemerintah sekarang telah menangguhkan RUU tersebut, yang akan memungkinkan ekstradisi ke daratan Cina, para demonstran ingin itu sepenuhnya ditarik.
Tuntutan mereka meluas termasuk seruan untuk penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi, dan agar pemimpin Hong Kong Carrie Lam mengundurkan diri.
Apa yang baru saja terjadi?
Pada hari Minggu (11/8) sore, sebuah unjuk rasa damai di Victoria Park, memicu bentrokan ketika pengunjuk rasa pindah dari daerah itu dan berbaris di sepanjang jalan utama meskipun ada larangan polisi.
Ada konfrontasi di beberapa lokasi dan polisi menggunakan peluru karet dalam upaya untuk membubarkan para demonstran.
Gas air mata ditembakkan di distrik perbelanjaan Tsim Sha Tsui yang sibuk serta di Wan Chai di Pulau Hong Kong.
Satu gambar yang dibagikan secara luas di media sosial menunjukkan seorang perempuan, yang dilaporkan terkena proyektil polisi, mengeluarkan banyak darah dari matanya.
Stephen McDonell @StephenMcDonell: "After the approved rally in Victoria Park finished groups of #HongKong pro-democracy activists discuss where to go next, some towards Causeway Bay. Many police in North Point where people from the mainland's Fujian Province have threatened retaliation if protestors come there".
Seorang wartawan BBC, Stephen McDonell, yang meliput peristiwa itu melaporkan kelompok pemrotes mengadopsi taktik baru, dengan cara beraksi dalam jumlah kecil di banyak tempat, mereka kemudian lari ketika polisi datang.
Sementara itu, polisi buru-buru menangkapi mereka.
Gas air mata juga ditembakkan ke stasiun metro di Kwai Fong, dan media setempat melaporkan bahwa ini adalah pertama kalinya polisi menembakkan gas air mata ke stasiun metro untuk membubarkan orang.
Video lain yang muncul di media sosial menunjukkan polisi berduyun-duyun ke stasiun kereta bawah tanah dan menembaki demonstran pada jarak dekat. Beberapa petugas juga terekam sedang mengejar dan memukuli orang-orang dengan pegangan eskalator.
Stephen McDonell @StephenMcDonell:
Membalas @StephenMcDonell
"Shocking footage of #HongKong riot police charging into a subway station pursuing pro-democracy activists and firing into them at point blank range. I've seen police being provoked here but I'm speechless. Carrie Lam says no police inquiry needed they're investigating themselves."
Media lokal melaporkan bahwa terduga petugas polisi yang menyamar sebagai pengunjuk rasa melakukan penangkapan tiba-tiba pada Minggu malam.
Di tempat lain, dua bom molotov dilemparkan ke polisi dan setidaknya satu petugas menderita luka bakar.
Di bandar udara Hong Kong terjadi pula demonstrasi yang diikuti oleh ratusan orang. Mereka menggelar aksi duduk secara tertib.
Demonstrasi menentang pemerintah telah memasuki pekan kesepuluh di wilayah semi-otonomi tersebut. China menuding adanya penghasut dan campur tangan asing.
Mengapa ada unjuk rasa di Hong Kong?
Demonstrasi dimulai dua bulan lalu sebagai perlawanan terhadap RUU ekstradisi yang diusulkan, yang akan memungkinkan tersangka penjahat dikirim ke Cina daratan untuk diadili.
Para kritikus mengatakan itu akan merusak kebebasan hukum Hong Kong, dan dapat digunakan untuk membungkam para pengkritik pemerintah.
Polisi kemudian dituduh menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa. Hak atas fotoREUTERSImage captionPengunjuk rasa memandang Lam tunduk pada perintah Beijing.
Meskipun pihak berwenang Hong Kong setuju untuk menunda RUU tersebut, demonstrasi berlanjut, dengan seruan agar RUU itu ditarik sepenuhnya.
Hong Kong adalah bagian dari Cina tetapi warganya memiliki otonomi lebih banyak daripada di daratan.
Wilayah semi-otonomi ini memiliki kebebasan pers dan independensi peradilan di bawah apa yang disebut pendekatan "satu negara, dua sistem" - kebebasan yang dikhawatirkan oleh para aktivis semakin terkikis.
Mereka juga menyerukan penyelidikan independen terhadap dugaan kebrutalan polisi selama unjuk rasa dan pengunduran diri pemimpin Hong Kong Carrie Lam.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com