JAKARTA, Berita HUKUM - Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, menegaskan bahwa elektabilitas calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) dapat dipengaruhi oleh hal-hal yang mengandung unsur hoaks.
Ray kemudian mengambil contoh pada momentum yang ditenggarai memuat unsur hoaks yakni penganiayaan Ratna Sarumpaet dan tujuh kontainer berisi surat suara pemilu yang telah tercoblos.
"Ini isyarat penting terhadap dua hal, pasangan (nomor urut) 02 beberapa kali terasosiasi bahwa seolah-olah kubu tersebut memproduksi hoaks dari persoalan Ratna sampai tujuh kotak suara kontainer yang sudah tercoblos. Ini sedikit banyak menjadikan stagnansi elektabilitas. Sejak awal kampanye stagnan di Desember, Januari," ujar Ray pada diskusi 'Hoax, Integritas KPU dan Ancaman Legitimasi Pemilu' yang digelar Institut Demokrasi Republikan (ID-Republikan) di kawasan Cikini, Jumat (18/1).
Lebih lanjut, ia berharap masyarakat melawan produksi dan penyebaran hoaks, bukan malah berperan serta. Karena aktor politik yang menggunakan cara-cara ini, biasanya cenderung korup atau hendak menyalahgunakan jabatan.
"(Narasi yang merusak negeri) itu dibangun mereka (politisi) yang menggunakan hoaks dan politik identitas. Dia tidak bisa dipilih dan tidak patut untuk mendapatkan amanat negeri," tegas Ray.
Adapun selain diskusi, turut digelar deklarasi pemilu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil (Luber Jurdil) oleh Gerakan Satu Indonesia. Mereka pun berharap pesta demokrasi berlangsung aman, damai, serta berintegritas tanpa hoaks.
"Juga mengimbau agar masing-masing kontestan sama-sama menjaga harmoni politik di Pemilu 2019," kata Endah, perwakilan Gerakan Satu Indonesia.(bh/mos) |