MESIR, Berita HUKUM - Warga Mesir pendukung Presiden Mohammed Morsi mulai berkumpul di Kairo menjelang berakhirnya batas waktu yang diberikan kelompok oposisi agar Morsi mengundurkan diri.
Mereka antara lain berkumpul di sekitar Masjid Rabaa al-Adawiya dan pawai pendukung Morsi juga berlangsung di kawasan Marasa Matruh, Beni Suef, dan Kafr al-Sheikh.
Seorang juru bicara Partai Kebebasan dan Keadilan -yang merupakan sayap politik Ikhwanul Muslimin pendukung Presiden Morsi- sudah meminta agar para pendukung mereka turun ke jalan.
"Ini momen yang kritis bagi sejarah Mesir, kami menghadapi masa yang amat mirip dengan tahun 1952," kata Murad Ali kepada kantor berita Reuters. Dia merujuk pada peristiwa ketika Gamal Abdel Nasser -yang saat itu berpangkat kolonel- menggulingkan Raja Farouk.
"Warga Mesir sadar bahwa ada orang-orang yang sama yang ingin mendorong negara ini kembali ke sejarah dan kembali ke kediktatoran."
Sementara itu para penentang Presiden Morsi meneruskan aksinya dan dikhawatirkan terjadi bentrokan jika kedua kelompok berhadapan secara langsung.
Tekanan atas Morsi
Kelompok oposisi yang menamakan diri Tamarod -yang artinya pemberontak- memberikan batas waktu pukul 17.00 waktu setempat hari ini, Selasa 2 Juli, bagi Morsi untuk mengundurkan diri atau menghadapi pembangkangan sipil.
Beberapa jam setelah pernyataan oposisi pada hari Senin (1/7) itu, militer juga mengeluarkan Klik ultimatum akan campur tangan jika pemerintah dan oposisi gagal menyelesaikan krisis politik.
Kantor kepresidenan sudah mengeluarkan Klik pernyataan menolak ultimatum militer dengan menegaskan presiden akan tetap meneruskan rencana rekonsiliasi nasional.
Tekanan atas Presiden Morsi tampaknya semakin besar dengan pengunduran diri enam menteri kabinet, termasuk Menteri Luar Negeri, Mohamed Kamel Amr, dan dua orang juru bicara pemerintah.
Klik Unjuk rasa antipemerintah besar-besaran berlangsung Minggu 30 Juni dengan diwarnai kekerasan yang menewaskan 16 orang dan melukai lebih dari 700 lainya.(bbc/bhc/rby) |