Iran Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei Bela Angkatan Bersenjata 2020-01-19 05:59:44
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei menentukan keputusan akhir dalam politik Iran.(Foto: EPA)
IRAN, Berita HUKUM - Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei membela angkatan bersenjata negaranya yang mengakui menembak jatuh pesawat penumpang secara tak sengaja.
Ia mengatakan Pengawal Revolusi, unit elit yang bertanggung jawab atas penembakan itu "mempertahankan keamanan" Iran.
Protes dan kritikan keras dari luar negeri semakin menekan Iran untuk mengatasi insiden ini.
Ayatollah Khamenei menyerukan "persatuan Iran" setelah memimpin salat Jumat untuk pertama kalinya sejak 2012. Hak atas fotoEPAImage captionAyatollah Khamenei, yang berusia 80 tahun, akan memimpin salat Jumat di masjid Mosalla, Teheran, tetapi tidak mengaitkan acara itu dengan situasi belakangan ini.
Pesawat penumpang Ukraina Boeing 737-800 dalam perjalanan ke Kiev dari Tehran pada 8 Januari saat jatuh tak lama setelah lepas landas.
Sebanyak 176 penumpang, termasuk warga Iran, Kanada, Swedia dan Inggris meninggal.
Ayatollah juga menyebut "musuh-musuh" Iran - referensi pada Washington dan para sekutu, yang ia sebutkan menggunakan penembakan pesawat untuk menutupi pembunuhan seorang jendral senior Iran Qasem Soleimani dalam sernagan drone Amerika Serikat.
"Musuh-musuh kita senang terkait pesawat jatuh sementara kita sedih," katanya.
"Mereka senang karena menemukan sesuatu untuk mempertanyakan Pengawal Revolusi dan angkatan bersenjata," tambahnya. Hak atas fotoAFPImage captionRibuan orang meneriakkan nama Soleimani yang meninggal akibat drone Amerika Serikat.
Kepemimpinan Iran juga mendapat tekanan terkait anjloknya ekonomi negara itu akibat sanksi AS.
Hari Rabu (15/01) lalu, Presiden Hassan Rouhani menyerukan adanya persatuan nasional.
Dibayang-bayangi tanda-tanda terjadinya gesekan di antara pimpinan rezim Iran, Rouhani meminta para pemimpin militer untuk menjelaskan secara lengkap tentang bagaimana pesawat itu menembak jatuh pesawat.
Selama tiga hari pihak berwenang Iran menyangkal bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat, namun setelah mendapat tekanan internasional, pimpinan Pengawal Revolusi akhirnya mengakui bahwa secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat penumpang Ukraina itu.
Beberapa jam sebelumnya, Iran menembakkan dua rudal dengan sasaran dua pangkalan udara AS di Irak.
Seperti apa kondisi markas militer AS di Irak setelah diserang rudal Iran
Serangan roket itu sebagai tanggapan atas serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad yang menewaskan jenderal senior Iran, Qasem Soleimani.
Apa yang terjadi di Iran?
Kantor berita Iran, Mehr melaporkann Ayatollah Khamenei, yang berusia 80 tahun, akan memimpin salat Jum'at di masjid Mosalla, Teheran, tetapi tidak mengaitkan acara itu dengan situasi belakangan ini.
Pernyataan itu mengutip para pejabat yang mengatakan bahwa "Iran akan kembali menunjukkan persatuan dan keagungan mereka".
Terakhir kali Ayatollah Khamenei memimpin salat Jumat di Teheran di tahun 2012 pada peringatan 33 tahun Revolusi Islam negara itu.
Memimpin salat Jumat di ibukota merupakan tindakan simbolis signifikan yang biasanya digelar ketika otoritas tertinggi Iran ingin menyampaikan pesan penting, kata Mehdi Khalaji dari The Washington Institute for Near East Policy.
Secara historis, para pemimpin Iran telah menyerahkan tugas ini kepada para ulama yang setia dengan keterampilan pidato yang kuat, tambahnya.
Orang-orang berkumpul di luar Universitas Amir Kabir, menuntut agar para pemimpin Iran mundur dan menuduh mereka berbohong.
Pemberitaan bahwa tembakan rudal Iran menjadi penyebab jatuhnya pesawat Ukraina telah melahirkan aksi protes berhari-hari di beberapa kota di Iran, terutama di sejumlah perguruan tinggi, yang ditandai teriakan Pengawal Revolusi adalah "pembunuh" dan "pembohong".
Rekaman video di media sosial saat digelar proses pemakaman korban unjuk rasa memperlihatkan para pelayat meneriakkan slogan-slogan yang ditujukan kepada pihak berwenang.
Iran menyatakan telah menangkap beberapa orang terkait kecelakaan pesawat itu dan Presiden Rouhani mengatakan proses penyelidikannya akan diawasi oleh "pengadilan khusus", seraya menekankan bahwa "seluruh dunia akan mengawasi".
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mengakui bahwa masyarakat Iran telah "dibohongi" selama beberapa hari, namun dia bersikeras bahwa pemerintah Iran juga berada dalam situasi ketidaktahuan.
Pihak berwenang Iran menghadapi tekanan yang semakin besar di berbagai bidang. Ekonomi Iran saat ini sedang berjuang di bawah tekanan sanksi AS.
Mereka juga mendapat tekanan terkait kesepakatan nuklir yang terancam berantakan setelah AS menarik komitmennya.
Tahun lalu, protes yang diwarnai kekerasan meletus di sejumlah wilayah setelah pemerintah Iran secara tak terduga mengumumkan kebijakan penjatahan penggunaa BBM dan menaikkan harganya.
Khamenei tampaknya ingin mempertahankan Pengawal Revolusi
Analisis wartawan BBC Persia, Kasra Naji
Terakhir kali Pemimpin Tertinggi Iran memimpin salat Jumat di Teheran adalah saat puncak gerakan demonstrasi Arab Spring.
Dia menggunakan kesempatan itu untuk menyampaikan khotbah dalam bahasa Arab - pesan yang bisa didengar di dunia Arab.
Dia ingin menggunakan forum itu untuk menggambarkan kemajuan di sebagian besar dunia Arab sebagai Kebangkitan Islam. Namun dia salah.
Kini agaknya Ayatollah Ali Khamenei ingin sekali membela Pengawal Revolusi yang mendapat kecaman keras di Iran karena telah menembak jatuh pesawat Ukraina.
Ada kekhawatiran bahwa dia juga bisa saja menyerukan upaya penindasan lebih lanjut terhadap mahasiswa dan para pengunjuk rasa untuk menyelamatkan kekuasaannya.
Pihak berwenang telah menyerukan pawai nasional yang disponsori secara resmi pada hari Jumat untuk mendukung Pengawal Revolusi.
Di Teheran, persiapan ekstensif acara itu sedang dilakukan untuk mengerahkan sebanyak mungkin para pendukungnya dalam unjuk kekuatan tersebut.
Namun demikian banyak orang Iran mengatakan mereka ingin dia mengakui bahwa pemerintahannya tidak melakukan apapun selain kesengsaraan.
Bagaimana perkembangan proses penyelidikan jatuhnya pesawat?
Setelah pertemuan di London pada Kamis, menteri dari lima negara yang kehilangan warganya dalam kecelakaan itu menuntut "kerjasama penuh" dari Iran dalam penyelidikan internasional yang bersifat transparan.
Cuplikan video rudal Iran yang diluncurkan dan menjatuhkan pesawat penumpang Ukraina.
Para menteri luar negeri Afghanistan, Inggris, Kanada, Swedia dan Ukraina juga mengatakan Iran harus membayar kompensasi.
Berbicara atas nama kelompok itu, Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne mengatakan, "Kami di sini untuk menuntut pertanggungjawaban, transparansi, dan keadilan bagi para korban - warga Ukraina, Swedia, Afghanistan, Inggris, Kanada, dan Iran, selengkap-lengkapnya dan proses penyelidikan internasional yang bersifat transparan.
"Di tengah tragedi yang mengerikan ini, ada banyak pertanyaan. Keluarga menginginkan jawaban, semua negara yang berkumpul di sini menginginkan jawaban, dan masyarakat internasional menginginkan jawaban. Dunia menunggu jawaban itu dan kami tidak akan beristirahat sampai kami mendapatkannya."
Menteri Luar Negeri Kanada Champagne mengatakan semua yang bertanggung jawab harus dibawa ke pengadilan.
Pada Rabu, tim penyelidik Kanada mengunjungi lokasi kecelakaan dan memeriksa reruntuhan pesawat.
Mereka berharap dapat berpartisipasi dalam menganalisa rekam penerbangan dalam black box (kotak hitam) di dalam pesawat - bagian penting untuk mencari tahu secara persis apa yang terjadi pada pesawat dan bagaimana dia jatuh. Hak atas fotoALAMY
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com