JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) telah memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan BI atau BI rate pada level 6 persen pada akhir pekan ini. Hal itu diambil atas pertimbangan dampak negatif terhadap kondisi perekonomian Indonesia saat ini.
“Tapi upaya BI dari sisi moneter untuk perbaikan ekonomi di dalam negeri akan sulit tercapai jika tanpa dukungan kebijakan pemerintah. Untuk itu, diperlukan dukungan pemerintah atas kebijakan yang diambil BI tersebut,” kata Presiden Direktur Center for Banking Crisis (CBC) Ahmad Denny Danuri kepada wartawan di Jakarta, Minggu (15/1).
Menurut dia, mempertahankan memang baik tapi sangat baik lagi, kalau BI menaikkan sedikit 0,25 basis poin. Alasannya, bunga rendah sudah banyak yang capital outflow. Tapi kebijakan ekonomi tak hanya dilihat dari sisi moneter saja, karena fiskal lebih banyak jalan di tempat. Pemerintah sendirti hingga kini belum membuatkan kemudahan instrumen-instrumen fiskal buat mendorong pertumbuhan ekonomi.
Denny Danuri menambahkan, ada tiga hal yang harus diupayakan pemerintah dari sisi fiskal, agar ekonomi dapat tumbuh positif. Sedangkan BI harus mendukungnya melalui kebijakan moneter diantaranya upaya agar nilai tukar rupiah tetap stabil. “Mempercepat infrastruktur serta kemudahan-kemudahan untuk eksportir. Perlu juga kemudahan untuk investasi dan ekspansi. Tapi ini yang tidak dilakukan pemerintah,” tandasnya.
Sebelumnya, Gubernur BI Darmin Nasution menegaskan, adanya beberapa pertimbangan yang menyebabkan BI mempertahankan BI rate di level 6 persen. “Untuk mempertahankan BI rate ini, kami menilai masih sejalan dengan capaian sasaran inflasi ke depan. Selain itu, sebagai upaya menjaga stabilitas sistem keuangan serta tetap kondusif dalam mendukung ekonomi domestik di tengah ketidakpastian perekonomian global,” jelas dia.
BI memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2012 sebesar 6,7 persen dan inflasi sekitar 5,5 persen. BI juga menilai kondisi ekonomi Indonesia tahun lalu cukup baik, karena tumbuh sesuai target dengan tingkat inflasi rendah. Bahkan, BI optimsitis perbaikan ekonomi tahun ini mampu menyerap investasi asing sekitar 19,2 miliar dolar AS, yang naik dibanding tahun lalu yang mencapai sekitar 18,7 miliar dolar AS.
Tapi BI memprediksikan bahwa untuk investasi melalui portofolio akan mengelami penurunan pada tahun ini menjadi sekitar 3,7 miliar dolar AS dibanding tahun lalu yang mencapai sekitar 5,8 miliar dolarAS. Penurunan tersebut lebi diakibtakna masih melambatnya perekonomian global akibat krisis ekonomi Eropa.(voa/ind)
|