JAKARTA, Berita HUKUM - PDIP menambah kekuatan dukungan ke Presiden Joko Widodo yang diusung sebagai Capres 2019. PDIP menjadi partai kelima yang memberikan dukungan untuk Jokowi. PDIP resmi mengumumkan bakal mengusung kembali Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019. Pertarungan Pilpres 2019 pun kini sangat terbuka kembali jadi head to head Jokowi melawan kubu Prabowo Subianto.
"Dengan ini saya nyatakan calon presiden dari PDI Perjuangan, Ir Joko Widodo, Metal! Metal! Pasti Menang Total," teriak Megawati dari Grand Bali Beach, Sanur, Denpasar, Bali, seperti dilihat detikcom dari akun Twitter PDI Perjuangan, Jumat (23/2).
Sebelum PDIP, sudah ada empat partai, yaitu Golkar, NasDem, PPP, dan Hanura yang telah mendeklarasikan dukungannya. Sementara itu partai koalisi pemerintah lainnya seperti PKB, dan PAN masih belum mendeklarasikan dukungannya.
Dengan dukungan lima partai tersebut, Jokowi sudah punya modal maju di Pilpres 2019. Hal ini sesuai dengan persyaratan maju pilpres di UU Pemilu, yakni syarat presidential threshold (PT) atau syarat parpol/gabungan parpol bisa mengusung capres adalah memiliki 20 persen kursi di DPR atau 25 persen suara sah nasional dalam pemilu sebelumnya. Untuk Pemilu 2019, hasil Pemilu 2014-lah yang menjadi dasarnya.
Pada Pemilu 2014, Golkar meraih 14,75 persen suara, NasDem 6,72 persen suara, PPP 6,53 persen suara, dan Hanura 5,26 persen suara. Sementara itu, PDIP, yang merupakan partai pemenang Pemilu 2014, memiliki 18,95 persen. Dengan begitu, total dukungan yang sudah dikantongi Jokowi saat ini sebesar 52,21 persen.
Dukungan kepada Jokowi itu belum termasuk dari partai-partai baru yakni Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Perindo dan PKPI yang merupakan partai di luar DPR. Hanya saja, PKPI hingga saat ini masih berjuang untuk menjadi partai peserta pemilu 2019 setelah dinyatakan tidak lolos oleh KPU.
Selain Jokowi, capres lain yang digadang-gadang untuk maju adalah Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. PKS sudah memberi sinyal siap bergandengan tangan lagi dengan Gerindra di Pilpres 2019.
PAN yang merupakan partai koalisi pemerintah, juga diprediksi akan bergabung dengan oposisi. Bahkan PAN pula yang membuka wacana soal 'Koalisi 212' yang merupakan hasil penggabungan nomor urut 2 milik Gerindra dan nomor urut PAN di Pemilu 2019, yaitu 12.
Berkaca pada Pilpres 2014 lalu, Gerindra meraih 11,81 persen suara, kemudian PKS 6,79 persen suara, dan PAN 7,59 persen suara. Jika koalisi ini benar terbentuk maka jumlah dukungan yang sudah dikantongi Prabowo adalah 26,19 persen. Menurut UU Pemilu, dengan jumlah ini, Prabowo juga sudah mendapatkan tiket untuk maju sebagai capres.
Dengan niat Gerindra kembali mengusung Prabowo Subianto, terbuka peluang duel Jokowi versus Prabowo terulang pada Pilpres 2019. Partai Demokrat, yang selalu menyebut berada di tengah, tampaknya sulit membuat poros baru.
Sementara itu, PKB dan Demokrat yang belum menentukan sikap memiliki total kekuatan sekitar 19,23 persen. Dengan rincian PKB sebesar 9,04 persen, dan Demokrat sebesar 10,19 persen suara.
Jika kedua partai ini merapat ke oposisi, jumlah dukungan suara untuk Prabowo pun masih belum bisa mengalahkan Jokowi. Meski begitu Partai Gerindra tetap optimistis untuk menang.
"Nanti di Hambalang, saya undang kalian. Di situ kalian akan dengar pidato saya, hati saya sesungguhnya, keresahan saya yang sesungguhnya, kesedihan saya yang sesungguhnya!" ucap Prabowo di hadapan kader Gerindra.
Sementara, sejak Januari lalu lembaga survey melakukan survei soal elektabilitas atau tingkat keterpilihan Jokowi sebagai Capres. Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA melakukan survei pada 7-14 Januari 2018 dengan metode multistage random sampling. Ada 1.200 responden yang disurvei. Margin of error survei 2,9 persen. Metode wawancara adalah tatap muka dan menggunakan kuesioner.
Hasil survei menunjukkan elektabilitas Jokowi sebagai capres 2019 masih yang terkuat dibanding calon lain. Jika Pilpres 2019 dilakukan hari ini, 48,50% responden akan memilih Jokowi. Sedangkan 41,2 % pemilih akan memilih pemimpin baru dan 10,30% tidak menjawab atau tidak tahu.
Namun, menurut survei LSI Denny JA, posisi Jokowi belumlah aman. Peluang dia terpilih kembali menjadi Presiden pada 2019 mendatang terancam oleh popularitas sejumlah tokoh. Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) merupakan 3 nama dengan tingkat popularitas tinggi.(ams/jor/erd/detik/bh/sya) |