AMERIKA, Berita HUKUM - Penyidik PBB menyerukan agar Amerika Serikat menyerahkan data tentang serangan pesawat tanpa awak dan jumlah korban sipil.
Ben Emmerson berkunjung ke negara-negara yang menjadi sasaran serangan pesawat tanpa awak sejak Januari lalu. Dia kemudian bertemu dengan para pejabat Amerika Serikat terkait temuannya di lapangan. Menurutnya keterlibatan badan intelijen CIA menyebabkan "hambatan besar" agar Amerika transparan tentang serangan ini.
Di Pakistan saja, menurut Emmerson, paling tidak 400 warga sipil tewas sejak 2004.
Kebijakan pemerintah Obama menggunakan pesawat tanpa awak seperti Pakistan, Afghanistan dan Yaman adalah untuk melakukan serangan peluru kendali terhadap tersangka kelompok militan.
Kebijakan ini juga menimbulkan kritikan di Amerika Serikat.
Agustus lalu, Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, menutup kunjungannya ke Pakistan dengan janji mengakhiri operasiKlik serangan pesawat tanpa awak yang menyasar kelompok militan 'sesegera mungkin.'
Alasan keamanan
Emmerson -seorang pakar hukum Inggris yang menjadi pelapor PBB untuk hak asasi dan kontra terorisme- menyiapkan laporan interim untuk Dewan Hak Asasi PBB, terkait tugasnya sejak Januari 2013.
Dalam laporan itu, ia menyebutkan tidak dapat menerima alasan Amerika yang menyebutkan tidak dapat memberikan data korban sipil akibat operasi pesawat tanpa awak, karena alasan keamanan.
Ia juga mengatakan sejumlah pertanyaan legal terkait pesawat tanpa pilot harus diselesaikan oleh masyarakat internasional.
Namun Emmerson mengatakan pesawat tanpa awak -bila digunakan sesuai hukum kemanusiaan- dapat mengurangi korban sipil dalam perang.
Wartawan BBC masalah keamanan, Gordon Corera, mengatakan kekhawatiran yang diangkat dalam laporan Emmerson adalah penggunaan pesawat tanpa awak akan semakin banyak dan berbahaya bila tidak ada konsensus terkait penggunaan pesawat seperti ini.
Corera mengatakan di tengah kontroversi ini, semakin banyak negara yang mungkin mulai menggunakan pesawat tanpa awak.(bbc/bhc/sya) |