JAKARTA, Berita HUKUM - Operasi tambang milik Amerika Serikat di Indonesia telah ditangguhkan setelah Pemerintah Indonesia, memerintahkan penghentian produksi tambang menyusul runtuhnya terowongan yang menelan korban sebanyak 28 orang pekerja. Kejadian 14 Mei 2013 di tambang Grasberg Freeport di Provinsi Timur Papua menyebabkan produksi tambang Freeport dihentikan sementara selama tiga bulan.
Tambang Grasberg merupakan salah satu tambang tembaga dan cadangan emas di dunia terbesar, telah terbukti mampu memproduksi sebanyak 220.000 ton biji per hari. Seorang juru bicara untuk Freeport di Indonesia, Daisy Primyanti, mengatakan perusahaan masih menunda operasi kedua lubang tambang bawah tanah tersebut hingga selesai masa investigasi, oleh pihak Pemerintahan Indonesia dia juga mengatakan, perusahaan masih menilai dampak dari penghentian produksi sehingga belum diketahui. Pasti besar angka kerugian yang di derita perusahaan. "Kami telah diberitahu bahwa proses akan memakan waktu maksimal tiga bulan, tapi jelas harapan kami adalah untuk melanjutkan operasi sebelumnya," kata Primayanti juru bicara untuk Freeport. Dia menambahkan bahwa pekerjaan pemeliharaan masih terus dilakukan untuk tambang yang diperkirakan memperkerjakan sebanyak 24.000 orang, seperti yang dikutip dari situs bbc.
Sementara, pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) situs Plasa MSN melansirkalo kejadian di Freeport tidak sama dengan kejadian longsor tambang di Chile, terkait dengan desakan masyarakat kepada pemerintah untuk melakukan upaya penyelamatan pekerja tambang Freeport meniru tindakan pemerintahan Chile dalam upaya penyelamatan korban Freeport.
"Harus saya jelaskan, situasinya berbeda. Kalau di Chile dulu ada sejumlah karyawan tambang berada di sebuah ruangan tempat bekerja kemudian terperangkap. Dan mereka masih hidup serta bisa berkomunikasi," jelas Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden.(bbc/msn/bhc/ink) |