PARIS (BeritaHUKUM.com) – Majalah satir Perancis, Charlie Hebdo akan mencetak ulang edisinya yang menampilkan Nabi Muhammad sebagai pemimpin redaksi tamu. Akibat edisi tersebut, kantor majalah di Paris ini, diserang bom Molotov pada Selasa (1/11) malam waktu setempat atau satu hari setelah pengumuman penerbitannya.
Setelah serangan bom itu, para staf mingguan satir tersebut, pindah untuk sementara ke kantor harian Liberation. Namun, mereka tetap merencanakan untuk mencetak tambahan sebanyak 175.000 eksemplar, setelah 75.000 cetakan pertama terjual habis dengan cepat.
Menurut pemimpin redaksi majalah Charlie Hebdo, Stephane Charbonnier, larisnya edisi tersebut memperlihatkan peningkatan apresiasi terhadap karya-karya satir. "Trennya sudah bergerak dan mungkin lebih banyak penghormatan atas karya satir kami, karya kami untuk memperolok-olok,” ujarnya, seperti dikutip kantor berita Reuters.
Seperti diketahui, majalah mingguan ini terkenal dengan serangan-serangan tajamnya terhadap kemapanan di Perancis, termasuk lembaga-lembaga agama. Majalah itu menerbitkan edisi khusus dengan pemimpin redaksi tamu Nabi Muhammad, setelah partai Islam, Ennahda menang dalam pemilihan umum di Tunisia.
Pilihan pemimpin redaksi tamu itu menimbulkan kontroversi dan kantornya diserang dengan dua bom Molotov. Sejumlah pemuka Islam di Perancis menentang satir dengan menggunakan Nabi Muhammad. Tapi mereka juga mengecam penyerangan atas kantor Charlie Hebdo itu.
Ketua Masjid Paris Dalil Boubakeur menyesalkan kebijakan redaksi yang menggunakan tokoh besar agama Islam itu sebagai pemred tamu dalam majalah itu. Hal ini sangat menyinggung perasaan umat Islam dan mengundang aksi kekerasan. “Muslim Perancis tidak ada hubungan dengan politik Islam," tegas dia.(bbc/sya)
|