JAKARTA, Berita HUKUM - Banyak kejanggalan yang terjadi saat pemboman di Pospol dan Starbucks di sekitar perempatan jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Juma't 14 Januari lalu. Kejanggalan terasa itupun dirasakan oleh ketua presidium Indonesian Police Watch (IPW), Neta S Pane, yang menurutnya fenomena pegeboman tersebut merupakan sejarah baru bagi Indonesia, para teroris mempertontonkan dan memperlihatkan dirinya diruang publik.
"Ini suatu situasi yang perlu dicermati oleh polisi," kata Neta S Pane, saat menjadi salah satu pembicara pada diskusi publik yang bertema, 'Kejanggalan dalam Peristiwa dan Penanganan Bom Sarinah' di Pempek Kita, Tebet, Jakarta Selatan, Selasa (19/1).
Bila dikaitkan ketubuh Polri, Neta S menganalisa ada 2 spekulasi yang muncul dan berkembang dalam kaitan pengeboman tersebut, Tito Karnavian selaku Kapolda DKI Jakarta, yaitu "ada indikasi bahwasanya untuk menjatuhkan citra reputasi profesi Tito Karnavian yang sebentar lagi akan diangkat menjadi Jenderal bintang 3. Lalu untuk kedua, justru mengangkat citra Tito, karena pada peristiwa tersebut tidak ada selang 60 menit para teroris sudah berhasil dilumpuhkan," ungkapnya.
Dilema hal ini jugalah yang disinyalir sebagai azas praduga dari pembahasan ditubuh IPW untuk menelusuri tentang kejadian pengeboman yang dilakukan para teroris tersebut.
Ambigu hal ini juga dirasakan pihak IPW hingga terdapat 5 poin yaitu, terdapat kejanggalan terasa, pasalnya saat pengeboman terjadi, setiba mungkin rombongan Kombes, Krishna Murti Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya begitu cepat ada dan beraksi dilokasi pengeboman, padahal mereka bukan golongan Densus 88 atau anti teror, "Dan pelaku (teroris) itu begitu tenang beraksi diruang publik, dan mereka tenang sekali menembaki orang yang ada disekitar lokasi pengeboman," sambungnya.
Lalu setelah hal itu terjadi, lanjutnya, muncul polemik dikalangan antara Polisi dan BIN, namun yang harus dipertanyakan lagi siapa pengantar para teroris itu tiba dilokasi Sarinah depan Sturbucks tersebut, "Karenanya, Polisi sempat menemukan bahwa diketahui mobil ber-plat D (Bandung) dicurigai mengantar teroris tapi untuk mengenai hal ini tidak ada kelanjutannya hingga sekarang ini, maka itulah tugas kalian (wartawan) juga untuk mempertanyakannya," tegas Neta.
Begitu juga pasca setelah terjadinya pengeboman, adanya isu berantai melalui media sosial (Medsos) seperti BBM, WhatsApp dan sebagainya yang berentet kepara pengguna medsos hingga tayang keberbagai media elektronik dan online akan adanya pengeboman lanjutan di beberapa titik seperti; di Slipi, Pal Merah, Semanggi dan sebagainya.
Kalau menganalisa semua hal ini, terdapat hal yang ambigu pada peledakan bom di sekitar Sarinah kemarin, meskipun sudah diketahui siapa aktor di balik dari pengeboman ini yang sudah ditetapkan aktornya yaitu Bahrun Naim ditetapkan sebagai buronan yang masih berada di negara Suriah tersebut, tapi sejatinya tetap masih menyimpan hal, makna yang dilema penuh dengan ambigu dalam aksi pengeboman tersebut.(bh/bar) |