JAKARTA, Berita HUKUM – Saingan utama capres dari militer dalam pemilu 2014 adalah capres dari kalangan sipil yang dinilai populis, membawa harapan baru dan dinilai memiliki eligibiltas tinggi. Hal tersebut dikemukana mantan anggota KPU Pusat, Mulyana W. Kusumah, dalam diskusi yang digelar Gerakan Pemuda Islam (GPI) di, Kantor GPI, Menteng Raya No.58, Kamis (26/09).
Selain Mulyana, nara sumber lain dalam diskusi tersebut, menghadirkan pengamat politik, Zulkifli yang lebih banyak menyoroti, kebobrokan dan penyelewengan pelaksanaan demokrasi yang ada saat ini, bahkan Zulkifli mempertanyakan, apakah demokrasi yang ada saat ini akan dilanjutkan.?. Dokter yang memilih jalan sebagai aktivis ini juga menyoroti berbagai hal mulai dari mentahnya amandemen UUD 1945 tahun 2002, sampai dengan prediksi kerawanan pemilu 2014 mendatang.
Sementara itu Mulyana W. Kusumah, juga menegaskan bahwa hasil pilpres 2004 menunjukan capres berlatar belakang militer, Susilo Bambang Yudhoyono (yang berpasangan dengan Jusuf Kalla) meraih 33,57 persen suara, unggul dari capres asal militer lain Wiranto (yang berpasangan dengan Salahudin Wahid) yang memperoleh suara 22,15 persen, serta pasangan Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi (26,51 persen suara). Pada putaran ke dua SBY – JK unggul mutlak dengan menapat 60,32 persen mengalahkan Megawati Soekarnoputri – Hasyim Muzadi (39,38 persen).
Dalam pilpres 2009, lanjut Mulyana, SBY yang kali ini berpasangan dengan Boediono menang dengan 60,80 persen suara, mengalahkan Megawati – Prabowo (26,76 persen) serta JK – Wiranto (12,41 persen). Pilpres 2009 merupakan konstestasi satu capres dan dua cawapres dari kalangan militer.
“Dalam pilpres 2014 diprediksi bakal capres hasil konvensi Partai Demokrat (PD) Pramono Edhie Wibowo (yang tentu harus diusung koalisi parpol, karena sulit bagi Partai Demokrat untuk memenuhi 20 persen kursi DPR atau 25 persen perolehan suara (pemilu), serta bakal capres Partai Gerindra Prabowo Subianto (yang juga diyakini harus didukung koalisi parpol), dipredisksi akan menjadi calon kuat untuk bersaing meraih kursi Presiden RI 2014. Bahkan lebih jauh kedua parpol tersebut akan menjadi poros koalisi parpol, dan bukan mustahil satu diantaranya merupakan grand coalition,”ungkap mantan anggota KPU Pusat, Mulyana W.Kusumah.
Lebih jauh Mulyana juga memaparkan, bahwa sejauh ini, saingan dari kalangan sipil yang mengedepankan berdasarkan hasil lembaga-lembaga survey yang dapat dipercaya dalam enam bulan terakhir adalah Jokowi, Megawati Soekarnoputri dan Aburizal Bakrie. PDIP dan Partai Golkar juga diprediksi dapat menjadi poros koalisiparpol.
Walaupun menurut lembaga-lembaga survey tingkat elektabilitas Pramono Edhie Wibowo masih jauh di bawah Prabowo Subianto, namun dipastikan dukungan penuh segenap sumberdaya politik dan sumberdaya financial Presiden SBY dengan keluarganya akan mampu mengubah peta elektabilitas dalam beberapa bulan ke depan.
Dalam konteks perilaku pemilihan pasca 1998, nampaknya tidak ada pola preferensi tertentu yang lebih cenderung untuk memilih capres dari kalangan sipil atau yang berlatar berlatar belakang kalangan militer. Dengan begitu secara umum dapat disimpulkan tidak ada resistensi politik rakyat terhadap capres yang berasal dari militer.
“Artinya, capres berlatar belakang militer berpotensi memperoleh legitimasi politik dalam bentuk dukungan rakyat dalam pilpres 2014,”jelas Mulyana W.Kusumah.(bhc/rat)
|