Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
Demokrasi
Menggugat Demokrasi dari Kebijakan Pemerintah Menjadi Kegelisahan Rakyat
Sunday 06 Oct 2013 11:41:40
 

Aktivis Yang Pernah Menggulirkan Ide, Calon Presiden Independen, Fajroel Rahman, Ketika Menjadi Pembicara dalam Suatu Diskusi yang Diselenggarakan Oleh ProDEM.(Foto: BeritaHUKUM.com/rat)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Diskusi rutin, Kamisan yang digagas Jaringan Aktivis ProDem, Kamis (03/10), di Newseum Café, Jakarta, menghadirkan nara sumber Ishak Rafick dan Fajroel Rahman. Keduanya memaparkan berbagai hal terkait system demokrasi dan kegelisahaan rakyat. Gagasan dan otokritik keduanya cukup mencerahkan para penggiat aktivis dmeokrasi.

Kebijakan demi kebijakan diambil, diputuskan pemerintah. Kebijakan pemerintah sering kali diputuskan hanya untuk kepentingan sesaat saja. Seiring dengan lahirnya kebijakan pemeintah sejalan pula selalu lahirkan kegelisahaan rakyat.

Apakah kebijakan-kebijakan pemerintahan yang diambil tanpa disusupi oleh kepentingan sekelompok golongan atau partai tertentu. Tapi muaranya kebijakan demi kebijakan ujung-ujungnya rakyat sering menjadi korban. Hakekatnya kebijakan-kebijakan pemerintah seharusnya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan selalu berpihak kepada rakyat.

Karena kebijakan-kebijakan pemerintah, Indonesia saat ini terjerat hutang lebih dari 200 triliun. Sejak 2007 – 2013, hutang Indonesia terus mengalami kenaikan. Tahun 2007, posisi utang pemerintah 147,5 milyar dollar, tahun 2008 sebesar 149,5 milyar dollar, tahun 2009, sebesar 169,2 ,ilyar dollar dan tahun 2013 (sampai juli) sebesar 204,6 milyar dollar. Bahkan akibatnya jatuh nilai mata uang rupiah terhadap dollar USA yang hampir menembus Rp.12.000/dollar, dan sudah dipastikan menambah jumlah utang pemerintah dan swasta. Dan sungguh ironis, sumber daya alam strategis yang menjadi instrument untuk membangun kedaulatan dibidang ekonomi dieksploitasi tersu menerus. Celakanya, sumber daya ekonomi seperti migas, batubara, sawit, air dan hasil bumi lainnya belum dikelola sepenuhnya untuk kesjeahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia, bahkan lebih banyak dinikmati bangsa asing.

Hutang 200 triliyun yang harus dibayar rayat, tanpa rakyat tahu untuk pa dan buat apa uang sebanyak itu. Subsidi bagi rakyat yang terus dipangkas, termasuk subsidi energy. Akibatnya harga BBM naik, harga-harga kebutuhan pokok pun meroket. Minyak dan gas punya rakyat, tak bisa dinikmati rakyat. Keuntungan sector migas dari hulu sampai hilir dirampok habis-habisan. Tanpa basa-basi, kebijakan pemerintah teah lahirkan kegelisahan dan penderitaan rakyat.

Kebijakan pemerintah tentang pangan yang justru menggalakan impor beberapa komoditas. Ditahun 2013 saja Indonesia yang agraris hingga bulan Juni sja sudah mengimpor 68 ton sayur (termasuk singkong) senilai Rp.650 milyar lebih. Bahkan Jengkol pernah meraih harga Rp.110 ribu perkilogramnya. Dagingpun demikian. Pemerintah gagal memproduksi pangan dalam negeri untuk menutupi kelangkaan pangan nasional. Kebijakan pemerintah yang sering impor barang ini semakin menambah hancurnya produk local dan menambah kegelisahan petani.

Tahun depan kita akan punya pemerintahan baru, presiden baru. Darinya akan dating kebijakan-kebijakan yang akan tentukan nasib rakyat Indonesia. Bukan sekedar ganti presiden, bukan perkara ganti orang saja. Rakyat yang akan memilih, saatnya rakyat memilih dengan harga diri, agar tahun depan ada seorang presiden yang benar-benar mengambil nasib bangsa dan nasib tanah air didalam tangan kita sendiri. Karena tiba masa kita untuk tanamkan dalam diri kita masing-masing kepercayaan untuk bangkit, tak jadi budang asing. Pemerintah yang lahirkan kebijakan menjadi kesejahteraan rakyat Indonesia.(bh/rat)



 
   Berita Terkait > Demokrasi
 
  Kontroversi Presiden RI, Pengamat: Jokowi Mau Membunuh Demokrasi Indonesia!
  Jangan Golput, Partisipasi Generasi Muda di Pemilu Penentu Indeks Demokrasi
  Yanuar Prihatin: Sistem Proporsional Tertutup Bahayakan Demokrasi
  Peneliti BRIN Ungkap Demokrasi Tak Lagi Sehat Sejak Maraknya 'Buzzer' di Medsos
  Jelang Tahun 2023, Fadli Zon Berikan Dua Catatan Kritis Komitmen Terhadap Demokrasi
 
ads1

  Berita Utama
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

 

ads2

  Berita Terkini
 
Jokowi Akhirnya Laporkan soal Tudingan Ijazah Palsu ke Polisi, 5 Inisial Terlapor Disebut

Polri Ungkap 72 Kasus Destructive Fishing, Selamatkan Kerugian Negara Rp 49 Miliar

3 Anggota Polri Ditembak Oknum TNI AD di Way Kanan Lampung, Menko Polkam Minta Pelaku Dihukum Berat

BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2