PADANG, Berita HUKUM - Sebanyak 15 rumah tertimbun longsor yang terjadi di Jorong, Kampung Dadok nagari Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Minggu (27/1) pukul 06:45 WIB. Akibatnya 4 orang dinyatakan tewas, 3 luka-luka, dan 18 lainnya masih dalam pencarian.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, longsor disebabkan oleh hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Agam.
"Hujan deras menyebabkan longsor di Kabupaten Agam, Sumatera Barat," ujar Sutopo dalam pesan singkatnya di Jakarta, Minggu (27/1).
Korban luka-luka kini telah dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sementara korban hilang sedang dalam pencarian oleh tim gabungan dari BPBD Kabupaten Agam, BPBD Provinsi Sumatera Barat, TNI, Polri, aparat setempat dan masyarakat. Sutopo menjelaskan, bantuan sempat terhambat akibat akses menuju lokasi yang sulit.
"Dibantu masyarakat di lokasi kejadian yang melakukan penanganan darurat. Akses menuju lokasi cukup berat," terangnya.
Ia menuturkan, medan menuju lokasi longsor cukup berat. Sehingga membutuhkan tambahan tim dari daerah terdekat. Misalnya dari Bukittinggi dan Padang Panjang. "Kami harus membuka akses itu, agar alat berat bisa masuk segera," ujarnya.
Tiga korban yang luka-luka, kata Ade, sudah dievakuasi ke rumah sakit terdekat. "Longsor terjadi disebabkan curah hujan yang tinggi sejak Jumat," ujarnya.
Menurut Ade, setelah gempa 30 September 2009, Tanjung Raya yang terletak di pinggiran Danau Maninjau merupakan kawasan zona merah. "Jika intensitas hujan tinggi, daerah itu akan longsor," ujarnya.
Menurut data BPBD Kabupaten Agam, longsor menimbun 15 rumah warga. Kata Ade, rumah warga yang tertimbun longsor itu terletak di kaki tebing, di mana terdapat sungai terjal.
Selain bencana longsor, hujan lebat juga menyebabkan banjir di Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam. Akibatnya, jembatan putus, sehingga sekitar 30 keluarga dengan jumlah jiwa sekitar 52 jiwa terisolasi. "Beberapa rumah penduduk terendam. Warga telah kami evakuasi ke tempat lebih aman, yaitu di masjid di Kantor Camat," ujarnya.
Ade mengatakan, ada dua posko yang didirikan, yaitu di Kanagarian Tanjung Sani untuk posko Longsor dan di Kecamatan IV Koto untuk posko banjir. "Kami telah menyiapkan bantuan, baik peralatan posko dan logistik untuk korban," ujarnya
Sementara, Bupati Agam Indra Catri yang berada di lokasi longsor di Jorong Kampung Dadok, Nagari Sungai Batang Maninjau, Kec. Tanjung Raya, Kab. Agam, Sumatera Barat, mengatakan, longsor ini menimpa 11 Kepala Keluarga (KK) dengan 29 jiwa. Lima orang berhasil selamat dan tiga orang luka-luka.
"Saat ini, tujuh orang korban tewas yang tertimbun, sudah ditemukan dan 14 orang lagi masih dicari," kata Indra, Minggu (27/1).
Nama tujuh orang korban tewas yang telah ditemukan adalah Nursina (70 th), Tanjudin (65), Mantiri (60), P. Sutan Sinaro (40), Nurhaida (23), Pandri (9) dan Aldi (9). Sedangkan nama lima orang yang selamat dari maut adalah Badri (50), Mawardi (45), Syahrial (47), Syafrudin (52) dan Wendri (40).
Tanah longsor ini juga menimbun 27 unit sepeda motor, satu unit mobil L-300. Rumah yang dipastikan hancur tertimbun tanah longsor lumpur adalah 12 unit.
Selain itu, akibat lonsor tersebut, Gubernur Sumatera Barat, Irwan Prayitno mengatakan, warga perlu direlokasi untuk menghindari korban susulan. Karena, daerah sekitar perbukitan itu sudah cukup rawan.
"Sewaktu-sewaktu bisa longsor kembali apabila hujan turun," kata Irwan Prayitno, Minggu (27/01).
Potensi longsor di daerah perbukitan itu sudah sangat rawan, karena perbukitannya sudah retak-retak pasca gempa terjadi September 2009. Setelah itu, gempa juga beberapa kali terjadi.
Potensi longsor juga terjadi di seluruh kabupaten dan kota di Sumatera Barat, karena kondisi perbukitannya sama dengan yang terjadi di Jorong Kampung Dadok, Kecamatan Tanjung Raya.
"Namun warga tetap tidak bersedia direlokasi. Karena, kalau dipindahkan sementara, mata pencaharian mereka masih di tempat yang lama. Atas pertimbangan itu menjadi salah satu kendala sehingga warga sulit direlokasi," kata Irwan Prayitno.
Hal yang sama juga terjadi di Batu Busuk, Kecamatan Pauh, Kota Padang. Pasca longsor terjadi September 2012, hingga kini warga setempat tidak mau dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Padahal, lokasinya sudah disediakan Pemerintah Kota Padang.
Sedangkan, Kapolres Agam AKBP Asep Ruswanda di Lubukbasung, Minggu (27/1), mengatakan, saat ini dua ekor anjing pelacak sudah sampai di lokasi longsor dan langsung dikerahkan untuk membantu mencari korban yang tertimbun.
"Anjing pelacak diperlukan untuk mengendus keberadaan korban," katanya.
Ia menyebutkan, saat ini masih ada 14 dari 20 korban tertimbun yang belum ditemukan.
Menurut dia, pengerahan anjing pelacak setelah pihaknya berkoordinasi dengan Polda Sumbar. Selain melibatkan anjing pelacak, Polres Agam juga menurunkan 100 personel untuk membantu pencarian korban longsor yang terjadi Minggu pagi sekitar pukul 05:30 WIB itu.
"Mudah-mudahan para korban segera ditemukan," katanya.
Sementara Komandan Kodim 0304 Agam Letkol Trias Wijarnako saat berada di lokasi longsor mengatakan pihaknya juga melibatkan 100 personel untuk membantu evakuasi korban longsor dan banjir di Agam yang terjadi sejak Sabtu (26/1) malam itu.
Mereka ditempatkan di Jorong Dadok Kampuang Data Nagari Sungai Batang Kecamatan Tanjung Raya sebanyak 35 personel dan sisanya di Balingka dan Simpang Malalak Kecamatan Ampek Koto.
"Anggota yang dilibatkan ini berasal dari Koramil Tanjung Raya, Koramil Lubukbasung, Koramil Tanjung Mutiara dan Koramil Ampek Koto dan Kodim," sebutnya.
Di tempat terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Agam Bambang Warsito mengatakan, pihaknya juga menurunkan alat berat untuk mencari 14 korban yang diduga masih tertimbun.(dbs/bhc/opn) |