JAKARTA, Berita HUKUM - Rupiah sore kemarin, Senin (10/6), masih terpuruk dan berada di level Rp 10.115 per US$, ketika pasar Valas Asia tutup pada hari kemarin, sementara di hari Selasa ini nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menguat hingga siang inii, Selasa (11/6) dan berada di bawah Rp10.000.
Berdasarkan data perdagangan Bloomberg pada pukul 11.01 WIB, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat 1,26% ke level Rp9.960 hari Selasa ini.
Penguatan kemarin berdasarkan indeks valas Bloomberg pukul 14:53:49 WIB. Pada saat yang bersamaan, dolar AS menguat terhadap semua mata uang Asia keculai terhadap dolar Hong Kong.
Kendati di pasar valas tembu Rp 10.115, Bank Indonesia telah mematok kurs tengah Rp 9.806 per US$1.
Sementara itu, seperti dikutip okezone.com, tekanan yang datang ke rupiah tampaknya mulai mereda. Nilai tukar rupiah pun sudah kembali ke posisi awalnya, yakni di kisaran Rp 9.800-an per USD.
Head of Research & Analysis BNI, Nurul Eti Nurbaeti, mengatakan dolar AS bergerak memang dengan kecenderungan konsolidasi menguat. Menurutnya, para belum jelasnya kebijakan Bahan Bakar Minyak (BBM) telah membuat pasar melakukan spekulasi.
"Tekanan terhadap rupiah meningkat hari ini didorong belum pastinya kenaikan BBM dan spekulasi investor yang tercermin di pasar lindung nilai offshore (NDF) yang secara perlahan-lahan naik," kata dia di Jakarta, Selasa (11/6).
Di sisi lain, dia mengatakan langkah pemerintah untuk menyerap rupiah dengan lelang Sukuk bertarget Rp 1,5 triliun, diharapkan akan berdampak positif bagi nilai tukar rupiah hari ini. "Namun, Bank Indonesia (BI) diperkirakan masih akan terus menjaga pergerakan nilai tukar rupiah hari ini," tukas dia.
Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI mencatat rupiah melemah ke Rp 9.821 per USD, dengan pergerakan harian di kisaran Rp 9.772-Rp 9.870 per USD. Sementara Bloomberg mencatat kurs tengah rupiah ada di Rp 9.828 per USD, dengan pergerakan harian di kisaran Rp 9.827-Rp 10.115 per USD.(dbs/bhc/opn)
|