JAMBI, Berita HUKUM - Momentum kedatangan Wapres RI Jusuf Kalla (JK), Sabtu (28/3) pagi kemarin, disambut dengan berbagai aksi unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa dari berbagai Universitas di Kota Jambi.
Aksi unjuk rasa dimulai pada pukul 09.00 wib, dimana ratusan mahasiswa datang dari berbagai organanisasi seperti Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unja, KAMMI. serta beberapa universitas lain di Kota Jambi, bersatu menuju simpang empat BI, namun dihadang oleh pihak kepolisian.
Karena ekses jalur lintas Wapres menuju sebrang Kota Jambi.
Dengan rasa kekecewaan tersebut, mahasiswa terus menerobos barisan aparat polisi yang menghalangi langkah mereka yang hendak melakukan long march menuju Simp IV BI, namun tidak juga tercapai. Karena terus dihadang oleh aparat beserta sebuah mobil water cannon yang ikut menghalangi mereka.
Sekitar pukul 10.00 wib, mahasiswa terus memaksa menerobos barisan Polisi. Hal ini memaksa polisi mengeluarkan tembakan water cannon kearah kerumunan massa, dan disertai dengan aksi aksi dorong polisi dan mahasiswa.
Akibatnya salah satu mahasiswa dari Unja yang tergabung dialiansi KAMMI atas nama Yulianto langsung dilarikan kerumah sakit, karena mengalami luka robek dibagian kepala akibat pukulan benda keras polisi.
Yulianto korban hasil bentrok menceritakan saat itu ia hanya mencoba menghindari water cannon dan terajuh justru dikeroyok oleh oknum polisi. Sementara itu, Adi (BEM UNJA) yang berusaha menolong justru juga dikeroyok oleh para aparat .
“Saya mau menghindari water cannon tapi sepatu saya robek, justru diinjak dan dikeroyok sama polisi, kami ini mau aksi damai yang ingin mengluarkan hak suara kami, bukan untuk dihalang-halangi," kata Yulianto, sebagaimana dikabarkan berita3jambi.com.
Sementara itu dalam orasinya mahasiswa ini menuntut agar pemerintahan Jokowi-JK segera turun dari jabatan, sebagai presiden dan wakil presiden RI, saat ini.
Menurut para demonstran ini, selama masa kepemimpinan Jokowi-JK Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) berada dalam kondisi terpuruk, terutama dalam bidang ekonomi. Hal ini dibuktikan dengan naiknya beberapa kebutuhan pokok, seperti Bahan Bakar Minyak (BBM), gas LPG, TDL, serta melemahnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
“Nilai mata uang Indonesia bagaikan sampah yang tidak mempunyai arti maka diperlukan langkah konkrit untuk pemerintah memperbaiki ini semua,” kata Ramazani Novanda, sebagai Ketua Kordinator Lapangan (Korlap) PC PMII Kota Jambi.(b3j/gresi/bh/sya)
|