YAMAN, Berita HUKUM - Sedikitnya 26 orang tewas akibat bentrokan antara warga Sunni dan Syiah di wilayah selatan Yaman sepekan setelah kelompok pemberontak Houthi yang menganut Syiah mengambil alih kekuasaan politik negara itu. Sementara itu, pimpinan sejumlah negara Arab di kawasan Teluk telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengizinkan penggunaan kekuatan militer di Yaman untuk menyelesaikan krisis politik di negara itu.
Ini adalah hari kedua unjuk rasa berskala nasional menentang aksi politik kelompok Houthi yang telah membubarkan parlemen dan membentuk dewan yang bertindak seperti presiden.
Amerika Serikat, Turki dan sejumlah negara Arab telah menarik Duta besarnya dari Yaman menyusul krisis politik di negara tersebut.
Pimpinan negara-negara Arab mengkhawatirkan krisis politik di Yaman dan telah meminta agar dunia internasional untuk terlibat.
Seorang petugas medis kepada Kantor berita Reuters mengatakan, kelompok Houthi yang bersenjata menembak pengunjukrasa di pusat Kota Ibb, yang menyebabkan empat orang terluka.
Iran membantah
Pemicu unjuk rasa anti kelompok Houthi ini dilatari kematian seorang tokoh, Saleh al-Bashiri, setelah dia ditangkap oleh kelompok bersenjata di Kota Sanaa sekitar dua pekan lalu, kata para aktivis.
Dia kemudian dibebaskan dan kemudian dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi terluka diduga akibat penyiksaan. Sejauh ini belum ada komentar dari Kelompok Houthi.
Para penentang kelompok Houthi menuduh Iran berada di balik upaya pengambilalihan kekuasaan politik di Yaman. Iran berulangkali membantah tuduhan ini.
AS dan PBB sebelumnya telah memprihatinkan terhadap pengambilalihan kekuasaan politik di Yaman.
Tindakan politik kelompok Houthi itu dianggap AS "tidak memenuhi standar solusi berbasis konsensus".(BBC/bhc/sya) |