JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Kian beratnya kehidupan rakyat, sesungguhnya mengkonfirmasi bahwa krisis ekonomi sudah terjadi. Penggunaan angka-angka statistik yang bertolak belakang dengan realitas kehidupan nyata, telah membuat rakyat pun marah dan tidak percaya lagi kepada pemerintah.
Demikian yang terungkap dalam diskusi bertajuk “Krisis Ekonomi dan Jatuhnya Pemimpin” yang berlangsung di Jakarta, Selasa (15/11). Diskusi menghadirkan ekonom Rizal Ramli, anggota FPKB DPR Lily Wahid, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, dan Direktur Lingkar Madani Ray Rangkuti.
Ray Rangkuti memprediksi SBY akan ‘goyang’ pada 2012. Parpol anggota Sekretariat Gabungan (Setgab) yang sangat diandalkan untuk menopang kekuasannya, pada saatnya akan sadar, bahwa mereka hanya digunakan untuk melanggengkan kekuasaan SBY. Itulah sebabnya Setgab sangat rapuh.
“Kalau kita perhatikan, sesungguhnya tidak ada satu kekuatan pun yang kini berpendapat SBY harus dipertahankan sampai 2014. Saya kira, pada 2012 SBY akan benar-benar jatuh. Bukan semata-mata karena soal kesejahteraan, tapi karena dia tidak sesuai dengan janji-janjinya dan ekspektasi rakyat, sperti, memberantas korupsi dan lainnya,” kata dia, seperti rilis yang diterima redaksi BeritaHUKUM.com.
Sedangkan Fadli Zon menyatakan bahwa krisis ekonomi bisa menjatuhkan sebuah rezim yang berkuasa. Hal ini sudah terbukti dengan tumbangnya Soeharto yang telah berkuasa lebih dari 30 tahun. Padahal, waktu itu IMF, Bank Dunia serta analis dalam negeri dan luar negeri mengatakan fundamental ekonomi Indonesia kuat. Krisis ekonomi sesungguhnya kini juga sudah terjadi.
Sementara Lily Wahid mengungkapkan bahwa Presiden SBY terbukti tidak punya empati terhadap penderitaan rakyat. Di tengah tekanan harga berbagai barang kebutuhan dan jasa yang terus meningkat, SBY justru sibuk membuat lagu. Seharusnya dia mengambil perannya sebagai Presiden dan kepala negara untuk menyelematkan rakyatnya dari keterpurukan.
“Saya kira ini tanda-tanda semakin dekatnya kejatuhan SBY. Indonesia seperti apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu di kemudian hari? Tidak mungkin kita serahkan masa depan Indonesia kepada pemerintah sekarang yang benar-benar neolib. Untuk itu, mari kita bergandeng tangan untuk melakukan perubahan, tentu saja dengan tetap berdoa kepada Allah SWT,” tandasnya.(rls/ans)
|