JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Kericuhan saat penertiban ‘Pondok Maksiat’ di Padang, Sumatra Barat. Yang diduga melibatkan oknum TNI Marinir, hingga menganiaya wartawan stasiun TV. Diangap sudah selesai, pasalnya semua pihak sudah bermusyawarah.
Hal itulah yang disampaikan, Dinas Penerangan Korps Marinir (Dispen Kormar) Kapten Anton saat dihubungi wartawan, Rabu (30/5).
Menurut Anton, kejadian ini terjadi karena kesalapahaman. Dimana, salah satu pondok yang terjaring razia tersebut, milik kakak ipar anggota Marinir. “ Itu tempat jualan minuman, bukan buat apa-apa. Warung itu punya kakak iparnya anggota Marinir itu. Warung itu sudah ada izinnya ke pihak yang berwenang," jelasnya.
Karena sudah ada izin, tentu pengelola warung menolak dibongkar. Satpol PP pun akhirnya meninggalkan tempat itu. Tapi tak urung, anggota Marinir itu sempat dianiaya karena dianggap membekingi. Rombongan Satpol PP pun kemudian pergi setelah muncul kericuhan kecil.
"Anggota itu kemudian menelepon teman-temannya. Jadi ketika rombongan itu kembali lagi, melintas di warung itu terjadi insiden chaos, baku pukul," jelas Anton.
Anton menduga, sebenarnya pihak Satpol PP sudah tidak masalah dengan bangunan itu. "Tapi ada yang memprovokasi kalau bangunan itu punya Marinir, pilih kasih, jadi timbul kesalahpahaman," jelasnya.
Saat timbul chaos itu, terjadi insiden kekerasan termasuk kepada wartawan. "Itu emosional sesaat di lapangan," tuturnya.
Pihak Marinir pun sudah melakukan perundingan dengan warga dan pemerintah setempat guna menyelesaikan kasus ini. "Kita sudah minta maaf, demikian juga warga. Semua sudah diselesaikan," tuturnya.
Seperti diketahui, penertiban 'pondok maksiat' di Padang, Sumbar, pada Selasa (29/5) diwarnai kericuhan. Saat itu sejumlah rombongan Satpol PP dan warga tengah menertibkan bangunan liar yang diduga dijadikan tempat mesum. Penertiban itu pun diliput sejumlah wartawan. Namun jalannya penertiban berujung ricuh karena dihadang sejumlah anggota Marinir.
Menurut wartawan Sindo TV, Budi Sunandar, awalnya penertiban ini bermaksud membongkar bangunan liar yang ada di sekitar kawasan itu. Tetapi salah satu pondok urung dibongkar karena ada anggota Marinir.
Saat itu pembongkaran tidak dilanjutkan. Satpol PP dan warga menyisir lokasi yang lain. Namun saat usai melakukan pembongkaran di tempat lain dan melintas kembali di sekitar lokasi, ada puluhan Marinir yang menghadang.(tik/put)
|