JAWA TIMUR, Berita HUKUM - Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jatim menyebutkan kawasan pulau madura dipenuhi oleh blok minyak dan gas. Sebagian besar operator dan kontraktor di Blok Madura adalah investor asing. Mulai dari Kodeco Energy Company Ltd, Santos Madura Offshore Pty Ltd , Australian Worldwide Exploration North Madura NZ Ltd.
Khusus Kodeco, perusahaan ini memiliki track-record kurang baik di Jawa Timur. Antara lain pendalaman pipa gas di dasar laut yang tidak sesuai Peraturan Dirjen Migas. Pipa yang seharusnya ditanam sedalam 19 meter, oleh Kodeco hanya dibenamkan sedalam 12 meter.
Direktur Eksekutif Walhi Jatim, Ony Mahardika mengatakan, blok madura itu, terbentang mulai dari Kabupaten Bangkalan hingga Sumenep. Pertamina sendiri saat ini mengoperasikan blok migas di West Madura Offshore yang terletak di 70 mil lepas pantai Kabupaten Sampang, Madura.
Blok migas di pulau Madura sejatinya mampu mensejahterakan masyarakat. Sebagai contoh Blok West Madura di utara Bangkalan, Madura. Blok ini, setiap harinya menghasilkan 14 ribu barel per-hari, atau senilai US$ 1,4 juta, belum ditambah gas alam sebanyak 113 juta kaki-kubik, dengan harga US$ 2,8 per-meter/kubik.
Terkait adanya dugaan kepentingan eksplorasi minyak dan gas yang berujung pada konflik Syiah, menurut Ony, tidak menutup hal itu terjadi. Hanya saja, diperlukan pembuktian lebih lanjut, apakah memang ada area minyak dan gas di perkampungan Syiah.
" Konspirasi kepentingan minyak dan gas dalam kasus blok Madura tetap ada. Namun semuanya perlu pembuktian lebih lanjut," ujar Ony, Rabu (5/12).
Sementara itu, pihak geologi dan ESDM Pemprov Jatim saat ini masih melakukan penelitian terhadap semburan api di SDN Angsokah III, Sampang. Kepala Seksi Geologi, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sampang M Suaidi A mengatakan, setidaknya diperlukan waktu seminggu untuk bisa menjawab, apakah ada kandungan minyak dan gas di semburan api tersebut atau tidak.
" Nanti kalau sudah ada hasil penelitiannya, akan saya sampaikan lebih lanjut," terang Suaidi.
Sementara itu, pengamat intelijen, AC Manullang, kepada awak media sebagimana dilansir itoday online mengatakan, persaingan Cina-AS picu konflik Sampang. Lebih lanjut Manullang menegaskan Konflik di Sampang yang mengakibatkan terbakarnya pesantren milik Syiah tidak bisa dilepaskan persaingan Amerika Serikat (AS) dan Cina dalam memperebutkan gas di Madura.
"Saya menduga, konflik ini bukan hanya faktor perselisihan Sunni-Syiah, tetapi ada kepentingan besar yang menginginkan Madura menjadi tempat konflik, karena saat ini, Cina sudah menguasai kawasan ini terutama sektor gas," kata pengamat intelijen, AC Manullang
AC Manullang mensinyalir AS tidak suka keberadaan Cina yang sudah menguasai sumber gas di Madura. "Yang paling mudah dimunculkan konflik di Madura antara Sunni dan Syiah, ini skenario AS saja," ujarnya.
Menurut AC Manullang, setelah konflik Sunni-Syiah, ada kemungkinan di pulau penghasil garam ini memunculkan sentimen anti Cina. "Isu anti Cina juga paling mudah disulut di Madura karena saat ini, perekonomian Madura di kuasai Cina dan kecemburuan ini sudah lama terpendam," papar Manullang.
Kata Manullang, keberadaan jembatan Suramadu menjadi bukti kekuataan Cina yang akan menguasai wilayah Madura. "Jembatan Suramadu yang dibangun atas biaya Cina menunjukkan negara ini mempunyai kepentingan yang sangat besar terhadap wilayah Madura," pungkasnya.(bhc/itd/rat)
|